Monumen Timur Lenk di Samarkand, Uzbekistan
Dinasti Timurid. Inilah salah satu kerajaan Islam yang pernah menguasai wilayah Asia Tengah, Persia hingga Asia Selatan pada abad ke-14 hingga 16 M. Dinasti Timurid dibangun oleh seorang penakluk dari Mongol bernama Timur Lenk. Dinasti itu dibangun oleh percampuran antara bangsa Mongolia keturunan Jenghis Khan dan bangsa Turki.
Pada awalnya, bangsa Mongolia nomaden yang dikenal sebagai Barlas membuat permukiman di Turkistan. Mereka berinteraksi dengan penduduk asli. Lambat laun, bangsa Mongol mengalami perubahan dalam bahasa dan budaya. Mereka mengikuti penduduk lokal Turki. Tak heran, jika bahasa dan budaya mereka lebih Turki, ketimbang Mongol.
Menurut B Spuler dalam tulisannya bertajuk Central Asia in the Mongol and Timurid periods, bangsa Mongol itu pun memeluk agama Islam. Meski secara historis mereka adalah keturunan antara Mongolia dan Turki, tetapi dalam perkembangan peradaban pada era Dinasti Timurid, mereka banyak mengadopsi ilmu pengetahuan, seni, maupun arsitektur dari Persia.
Asimilasi antara budaya Persia yang dipengaruhi oleh budaya Islam dengan Dinasti Timurid sangat kental pada masa itu. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinati Timurid sangat dipengaruhi oleh literatur Persia. Seorang penulis bernama David J Roxburg dalam bukunya yang berjudul The Persian Album 1400-1600: From Dispersal to Colletion, mengatakan, puisi-puisi bergaya Persia sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan berbagai macam tulisan yang berkembang pada masa Dinasti Timurid.
Salah seorang Sultan Dinasti Timurid yang terkenal yaitu Sahrukh Mirza dan putranya yang bernama Mohammad Taragai Uleg Beg merupakan pembangun fondasi budaya Persia di dinastinya. Mereka sangat mendukung penyerapan berbagai macam ilmu pengetahuan dan budaya Persia yang dianggap sangat maju pada masa itu. Sehingga untuk memajukan dinastinya, mereka harus mempelajari pengetahuan dari Persia.
Salah satu karya literatur yang sangat penting pada masa era Timurid adalah biografi Timur Lenk sebagai pendiri Dinasti Timurid. Dalam biografi Timur yang ditulis oleh seorang ahli penulis biografi kerajaan yang bernama Sharaf ud-Din Ali Yazdi, Timur juga sering disebut Zafarnameh. Biografi Timur Lenk dibuat pada masa 'Sang Penakluk' masih hidup.
Pada era itu, Dinasti Timurid memiliki penyair masyhur bernama Nur Ud-Din Jami. Ia dikenal dengan karya-karyanya yang fenomenal. Selain itu, dia juga menjadi sufi hebat yang terakhir pada akhir abad pertengahan. Karya-karya Nur Ud-Din Jami sangat berpengaruh terhadap puisi-puisi yang dilahirkan di Persia.
Ilmu pengetahuan di era Timurid tumbuh pesat pada masa kepemimpinan Ulugh Beg. Ia dikenal sebagai penguasa yang sangat cinta dan tertarik pada ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, terutama astronomi dia buktikan dengan mengeluarkan berbagai macam karya astronomi.
Sebagian karyanya ditulis dengan bahasa Persia, meskipun sebagian besar karyanya ditulis dalam bahasa Arab. Astronomi Barat, Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beg, mengungkapkan, pada masa kepemimpinannya, Ulugh Beg berhasil membangun observatorium astronomi.
Menurut Krisciunas, observatorium yang dibangun Ulugh Beg adalah yang termegah di antara tempat pengamatan benda antariksa lainnya yang dimiliki peradaban Islam. Observatorium itu dibangun di Samarkand.
''Ketertarikan dalam astronomi bemula, ketika dia mengunjungi Observatorium Maragha yang dibangun ahli astronomi Muslim terkemuka, Nasir al-Din al-Tusi,” tutur Krisciunas. Geliat pengkajian astronomi di Samarkand mulai berlangsung pada tahun 1201. Namun, aktivitas astronomi yang sesungguhnya di wilayah kekuasaan Ulugh Beg mulai terjadi pada 1408.
Salah seorang penguasa Dinasti Timurid lainnya yang menyokong aktivitas keilmuan adalah Baysungur. Dia ikut mempersiapkan Epik Nasional Persia yang berjudul Shahnameh atau disebut juga Shahnameh Baysungur.
Dinasti Timurid ternyata tak hanya sangat berperan penting dalam mengembangkan literatur Persia. Dinasti itu juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah perkembangan literatur Turki. Berdasarkan tradisi literatur Persia, literatur nasional Turki akhirnya dikembangkan dengan menggunakan bahasa Chagatay.
Para penyair Chagatay seperti Mir Ali Sher Nawa'i, Sultan Husayn Bayqara, dan Zaher ud-Din Babur mendorong para penyair untuk membuat berbagai macam puisi dengan gaya bahasa Persia, Arab, maupun Turki untuk memperbanyak khasanah bahasa dalam puisi.
Zaher ud-Din Babur dan Mir Ali Sher Nawa'is merupakan seorang penyair hebat yang sangat mempengaruhi karya literatur Turki. Pada era Timurid, lukisan gaya Persia sangat berkembang pesat. Perkembangan lukisan Persia banyak dipengaruhi oleh perkembangan seni Safawiyah Persia dan seni Cina. Hal itu terjadi karena banyaknya para petualang maupun ilmuwan yang membawa lukisan Cina ke Timurid.
Para seniman Timurid banyak yang mengembangkan seni menyampul buku dengan menghiasi sampul buku tersebut menggunakan kaligrafi, iluminasi, maupun ilustrasi yang penuh dengan warna warni yang indah. Sebenarnya etnis Mongol dari suku Chagatay dan Timurid Khan yang pertama kali mengembangkan seni Persia pada abad pertengahan.
Dalam bidang arsitektur, Dinasti Timurid banyak dipengaruhi oleh perkembangan arsitektur Bangsa Seljuk yang bergaya Islami. Hal ini bisa terlihat dari adanya ubin berwarna turkois dan biru yang menghiasi berbagai macam bangunan dengan mengikuti pola geometri. Bahkan interior yang berada di dalam bangunan Dinasti Timurid juga disusun dan didekorasi mengikuti gaya Seljuk, termasuk lukisan serta relief yang berada di dalamnya.
Arstitektur Timurid benar-benar menggambarkan kesenian Islam yang berkembang pada abad pertengahan di Asia Tengah. Berbagai macam bangunan Dinasti Timurid yang spektakuler banyak dibangun di Samarkand. Bangunan-bangunan di kedua wilayah tersebut banyak juga dipengaruhi oleh arsitektur Mughal, selain arsitektur Seljuk.
Salah satu bangunan peninggalan Dinsti Timurid adalah Mausoleum yang dibangun untuk menghormati Ahmed Yasawi yang merupakan tokoh penting pada masa itu. Bangunan tersebut sekarang berada di Kazakhstan. Selain itu Dinasti Timurid juga membangun mausoleum untuk menghormati Gur-e Amir di Samarkand.
Salah satu ciri khas bangunan warisan Dinasti Timurid adalah simetri aksial yang selalu ada dalam struktur bangunan Timurid. Struktur simetri aksial itu bisa dilihat pada struktur bangunan kompleks Musallah di heart serta Masjid Gowhar Shad di Mashhad. Pada masjid tersebut terdapat kubah dobel yang dihiasi dengan warna yang sangat indah. Arsitektur Timurid juga lebih didominasi arsitektur Persia dibanding India.
Ilmuwan Dinasti Timurid
Jamshid Al-Kashi (1380-1436)
Jamshid Al- Kashi merupakan ilmuwan sekaligus ahli astronomi yang terkemuka pada masa kekuasaan Dinasti Timurid. Ia tumbuh besar ketika Timur Lenk, penguasa Dinasti Timurid, menguasai tanah kelahirannya. Ia berasal dari keluarga miskin. Meski begitu, kemiskinan justru memicu semangatnya untuk belajar dan bekerja keras.
Al-Kashi sangat tertarik dengan ilmu matematika dan astronomi. Sehingga dia tak pernah lelah mempelajari dan melakukan berbagai macam penelitian terkait dengan kedua subjek tersebut. Perekonomian di tanah kelahirannya mulai pulih ketika Dinasti Timurid dipimpin Shahrukh. Sang pemimpin baru Dinasti Timurid tersebut sangat mendukung dan mendorong berkembangnya ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan.
Di kota kelahirannya, Al-Kashi dengan serius mempelajari dan mengkaji astronomi. Pada 1 Maret 1407 M, dia berhasil merampungkan penulisan risalah astronomi berjudul, Sullam Al-Sama . Naskahnya hingga kini masih tetap eksis. Pada 1410 M, ia kembali berhasil menyelesaikan penulisan buku Compendium of the Science of Astronomy. Buku tersebut sebenarnya ditulis dan didedikasikan secara khusus untuk penguasa Timurid.
Al-Kashi telah berjasa menemukan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer analog. Dia berhasil menciptakan Plate of Conjunctions yaitu sebuah alat hitung untuk menentukan waktu dan hari terjadinya konjungsi planet-planet di alam semesta. Dia juga sukses menciptkan komputer planet: The Plate of Zones, berupa sebuah komputer planet mekanik yang bisa memecahkan berbagai macam masalah terkait planet.
* Qadi Zada al-Rumi ( 1364 -1440)
Qadi Zada adalah seorang ahli matematika yang lahir di Bursa, Turki. Ia menyelesaikan pendidikannya terkait ilmu geometri dan astronomi pada 1431. Gurunya adalah seorang ahli ensiklopedi teologi yang bernama Al-Fanari.
Namun, melihat perkembangan dan minat yang besar Qadi terhadap geometri dan astronomi, Al-Fanari menyarankan Qadi untuk pergi ke pusat kebudayaan Kerajaan Khurasan atau Transoxania. Dengan demikian Qadi bisa bertemu dan belajar dengan seorang ahli matematika hebat di sana. Al-Fanari juga memberikan surat rekomendasi bagi Qadi dan memberikan salah satu karyanya yang berjudul Emmuzeg al-ulum (Tipe-tipe ilmu pengetahuan) sebagai tanda bah wa dia adalah seorang pelajar.
Mengikuti nasihat gurunya, Qadi akhirnya belajar matematika dan astronomi di Transoxiana sebagai pusat kebudayaan. Pada 1383, Qadi memiliki reputasi yang hebat sebagai ahli matematika dengan menyelesaikan bukunya yang berjudul Risala fi'l Hisab ( Risalah Aritmatika). Buku tersebut berisi pengetahuan kompleks mengenai aritmatika, aljabar, dan pengukuran.Pada 1417, pemimpin Dinasti Timurid Ulugh Beg mulai membangun madrasah karena dorongan Qadi. Pembangunan madrasah tersebut selesai pada 1420 berhadapan dengan alun-alun Rigestan di Samarkand. dya
republika.co.id