By M Nurwan Ismail
Kamis, 01 Oktober 2009
Allah mengutus Nabi Yunus alaihissalam kepada kaum yang berdiam di negeri Ninive (sekarang masuk dalam teritori Irak). Nabi Yunus mendakwah mereka agar bertaubat, beriman, dan menyembah kepada Allah. Tetapi mereka menolak karena menganggap Nabi Yunus hanya mengada-ada serta menilai seruan itu sangat bertentangan dengan kebiasaan mereka yang telah mendarah daging dan dilakukan turun-temurun.
Penolakan mereka bertambah bobotnya ketika kaum ini punya dalih yang lebih jelek, bahwa Nabi Yunus yang diutus dan berdakwah itu bukan dari kalangan mereka. Pada akhirnya mereka tetap menolak Yunus dan terus berbuat durhaka. Ini membuat Nabi Yunus memutuskan akan pergi meninggalkan mereka setelah sebelumnya mengingatkan bahwa siksa Allah akan turun.
Begitu Nabi Yunus meninggalkan negeri itu, tanda-tanda siksa yang dijanjikan pun terlihat. Melihat tanda-tanda itu, mereka jadi yakin seruan Nabi Yunus bakal jadi kenyataan. Kaum itu menyesal dan segera mengambil sikap bertaubat (secara nasional) kepada Allah. Melihat sikap yang ikhlas ini, Allah membatalkan siksa yang seyogianya diturunkan kepada mereka. Akhirnya mereka beruntung, selamat, dan hidup berbahagia dalam kasih sayang Allah.
Di dalam Alquran banyak diceritakan sikap umat-umat terdahulu terhadap seruan hak yang disampaikan para rasul. Tapi, satu-satunya umat yang selamat dari siksa adalah umat yang diseru oleh Nabi Yunus itu. Ini disebabkan mereka segera bertaubat dan membenarkan seruan hak yang mulanya mereka nilai sebagai sesuatu yang diada-adakan oleh Nabi Yunus.
Sejarah para rasul dan umat-umat dahulu adalah sunatullah yang berisi nasihat dan pelajaran yang harus kita petik. Mereka dulu selalu merasa telah benar dengan semua perbuatan yang mereka lakukan, dan akibatnya pertama, diri mereka tertutup untuk menerima kebenaran dan bangkit sebagai penghadang terhadap seruan hak.
Kedua, nasihat mereka rasakan sebagai sesuatu yang diadakan-adakan dan kehormatan mereka terusik bila menerima nasihat. Ketiga, mereka selalu curiga kepada penyeru kebenaran, sehingga menuduh para rasul Allah sebagai orang gila, tukang sihir, dan lain-lain.
Bagi kita bangsa Indonesia, terutama umat Islam, marilah belajar dari sejarah umat-umat dahulu, terutama dalam melihat berbagai bencana yang terjadi sekarang ini. Tidakkah kita dapat merasakan bahwa persoalan yang sedang melanda bangsa ini adalah teguran dari Allah yang sangat sayang kepada kita? Malukah kita kalau bersikap terbuka (ikhlas dan jujur) untuk mengakui bahwa kita sekarang berhadapan dengan akibat dari kelalaian, keserakahan, dan kesombongan kita?
Hanya ada satu solusi untuk mengatasi kemelut yang sedang menantang bangsa kita, yaitu mengikuti jejak umat Nabi Yunus sebelum kita melakukan usaha-usaha yang lain. Kita, terutama para pemuka bangsa, tidak perlu malu melakukan sesuatu yang terpuji. Mari kita ajak bangsa ini untuk mengakui kesalahan kita di hadapan Allah karena kita semua, baik pemimpin maupun rakyat, adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Mari kita contoh umat Nabi Yunus yang telah mencontohkan sikap terbuka di dalam hidup ini. Insya Allah kita akan menjadi bangsa yang menang, selamat, dan bahagia. ahi