Belum Jadi Muslim Pun, Nikko Santosa Tertarik Ikuti Shalat Idul Fitri

image REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bertahun-tahun menjadi seorang penganut Kristen Protestan, namun ia baru mengaku merinding saat memasuki Masjid. Itu adalah sekelumit pengakuan Nikko Santosa, 28 tahun, dalam perjalanannya menuju Islam.
Pria keturunan suku Dayak ini dididik dan dibiasakan rutin pergi ke gereja sejak kecil.

Tetapi setelah bertambah usia keimanan Niko menurun drastis, ia jadi sangat malas beribadah. "Mungkin hanya satu tahun sekali saya menginjakkan kaki ke gereja, itu pun pada saat natal," tutur Nikko

Sikap malas Nikko mengikuti ibadah di gereja tak pernah dihiraukan keluarga besarnya, hingga suatu ketika Nikko memiliki seorang sahabat, seorang Muslim yang taat beribadah. Pertemanan itu terjalin cukup dekat, saking dekatnya Nikko menganggap si sahabat itu layaknya keluarga.

“Teman saya rajin beribadah. Itu yang membuat saya kagum dan menjadi ingin tahu tentang Islam” tutur bungsu dari 4 bersaudara ini Niko begitu penasaran. Sampai-sampai ia yang malas beribadah justru tertarik ikut shalat Idul Fitri.

Tentu saja si teman kebingungan ketika Nikko mengutarakan keinginannya tersebut. Namun setelah Niko berhasil meyakinkannya, ia pun diajak  ke masjid untuk ikut shalat Idul Fitri. Itu terjadi pada Idul Fitri setahun lalu.

“Saya juga bingung, saat itu saya cuma ingin sekali ikut shalat saat lebaran, padahal saya gak tau bacaannya, jadi saya cuma ikutin gerakannya aja” kenang Nikko

Ketika masuk kedalam masjid untuk yang pertama kalinya, ada kejadian yang membuat Nikko merasa aneh. Semua bulu kuduknya meremang dan Nikko merasa gemetar.

“Saya tidak tahu karena apa. Ketika saya ceritakan hal tersebut kepada teman saya, dia hanya menjawab ‘Mungkin itu pertanda dari Tuhan’” kisahnya

Setelah kejadian di masjid itu Nikko menjadi penasaran dan ada keinginan untuk mengetahui Islam lebih dalam. Di saat itu pula ia mulai menjalin hubungan dengan seorang wanita muslim.

Hubungan yang sebelumnya dijalani dengan biasa-biasa saja berubah menjadi lebih berarti, Nikko sangat mencintai wanita Muslim yang telah menjadi kekasihnya. Meskipun mereka menjalin hubungan berbeda agama, tapi keluarga perempuan tak mempermasalahkan. Pasalnya mereka tahu Nikko memiliki keinginan besar dan niat memelajari Islam.

“Keingintahuan saya terhadap Islam membuat keluarga pacar saya menerima saya. Mereka juga sering memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai Islam kepada saya”

Kisah kasih antara Nikko dan si tambatan hati berjalan baik, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Ketika itu pula Nikko memutuskan untuk memeluk Islam. “Keputusan ini saya ambil bukan hanya karena akan menikah, tetapi sebelumnya pun saya pernah mengalami kajadian yang membuat saya ingin tau tentang Islam” tukas Nikko

Sebelumnya Nikko juga sempat merasa cemas dengan pandangan negatif terhadap Islam disebabkan beredarnya kejahatan-kejahatan yang mengatasnamakan Islam. Tetapi hal itu tak menyurutkan keinginannya untuk menjadi Muslim

“Teror bom yang mengatasnamakan Islam itu saya pikir keliru. Memang sempat membuat saya khawatir dengan Islam tetapi itu tak mempengaruhi keinginan saya, karena setahu saya Islam tak mengajarkan tindakan kekerasan. Untuk orang-orang yang melakukan kekerasan itu bukanlah Muslim.” paparnya.

Akhirnya, pada tanggal 17 maret 2011 Nikko mengucapkan 2 kalimat syahadat di Masjid Agung Sunda Kelapa. Perubahan Nikko menjadi seorang muslim tidak mendapat rintangan. Rupanya keluarga Nikko yang mayoritas penganut agama Kristen tidak mempermasalahkan keputusan besar dalam hidupnya tersebut.

“Alhamdulillah keluarga menerima walaupun keluarga besar saya mayoritas Kristen. Seingat saya hanya satu orang paman saya yang masuk Islam” ujarnya.

Nikko merasa beruntung, ia tak seperti kebanyakan mualaf yang mendapat tentangan keras dari keluarga bahkan beberapa dari mereka sampai dikucilkan keluarganya. Hal tersebut yang membuat Nikko merasa lebih bersyukur.

Kini, pria yang baru beberapa hari menjadi seorang mualaf itu mengaku pengetahuannya tentang Islam masih sangat sedikit dan ia masih ingin terus belajar Islam. “Untuk Al Qur'an saya baru diajari saat pembinaan mualaf di masjid Sunda Kelapa dan saya akan menjalani beberapa materi yang akan diberikan pada saat pembinaan.” Ungkap Nikko

Pembinaan mualaf dirasa sangat memudahkan Nikko, karena materi yang diberikan merupakan tahapan-tahapan dasar yang harus dijalani seorang muslim. Ia diajari cara berwudhu, cara shalat, cara membaca Al Qur'an dan bagaimana seorang Muslim berperilaku. “Saya harap hal ini akan berguna demi memperdalam keilmuan saya tentang Islam."

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari

Reporter: Mg12