Kisah Adam Ibrahim (1): Pebisnis Menghilang 15 Menit 5 Kali Sehari , Apa yang Ia Lakukan?

image

REPUBLIKA.CO.ID, Bekerja di perusahaan software dirasakan Adam Ibrahim telah menuntunya menerima banyak karunia. Anugerah paling besar bagi pria asal Finlandia itu adalah memeluk Islam. Agama yang telah dianutnya sejak tahun 2000-an kini merasuk betul ke dalam hatinya.

Ia pertama kali mendengar tentang Islam tahun 1999. Ia bertemu dengan seorang wanita Mesir di chat room. Si wanita ini begitu penasaran tentang perangkat nirkabel. Keduanya lantas sering berdiskusi tentang solusi nirkabel dan teknologi di masa depan.

Tapi, sepanjang 'obrolan' itu pula Adam Ibrahim justru banyak bertanya tentang Islam. Ia penasaran bagaimana si wanita bisa mengimani agama itu. Beruntung, wanita itu cukup sabar dan mau menjelaskan pertanyaan yang diajukan oleh Adam. Adam banyak menanyakan seputar perbedaan anatara Islam dan Kristen.

Kehidupan beragama Adam dipupuk oleh sang ibu. Wanita yang melahirkannya ini adalah penganut Kristen yang taat. Ibunya memiliki dedikasi mendalam pada kehidupan spiritualnya. Adam cukup bisa melihat bagaimana sang ibu mewariskan seluruh keyakinannya pada anaknya itu.
Namun, melihat sikap dan kasih sayang ibu, jutru membuatnya lebih terbuka dalam mencari makna sejati dari kehidupan.  "Sebelum Islam, saya bisa dianggap sebagai orang Kristen. Tapi sebenarnya saya cuma agama KTP," kata Adam.

Ia mengaku sebelumnya tidak percaya kepada Tuhan. Ia tak pernah mengimani Tuhan pembuat dan pencipta takdirnya. “Aku pikir lebih baik mengatur nasibku sendiri daripada Tuhan yang mengaturnya,” kata dia. Sebelum mengenal Islam, bisa dibilang, ia hidup dengan aturan sendiri.

Para pebisnis menghilang selama 15 menit! Apa yang mereka lakukan?

Ketika bekerja di perusahaan software, ia berkenalan dengan banyak orang muslim. Hubungan bisnis yang terus berkembang membuat ia berkesempatan untuk pergi ke Kairo. Kebetulan, ketika itu bertepatan dnegan bulan Ramadhan. “Semua orang disana berpuasa, dan kami juga menghormati dengan tidak makan minum,” kata Adam. Satu hal yang cukup menggelitiknya selama di Kairo adalah para pebisnis itu sering menghilang selama 15 menit dalam waktu-waktu tertentu. Baginya itu sangat aneh.

Saat di Kairo untuk bisnis, ia bermitra dengan seseorang di bagian pemasaran dari salah satu perusahaan terbesar di Kairo . Ia menginap di rumah seseorang bernama Noha. Mereka kerap berdiskusi mengenai cara mengintegrasikan solusi nirkabel ke pasar bawah di Kairo.

Ketika malam hari mereka berdiskusi tentang presentasi yang akan dibawakan. “Saya menyadari bahwa pada waktu tertentu dalam sehari, ia (Ms Noha) sering menghilang  dan tiba-tiba kembali sekitar 15 menit kemudian,” ujar dia.

Setelah beberapa hari melihat itu, ia memutuskan untuk bertanya hal penting apa yang harus Noha lakukan selama 15 menit sehingga harus menunda persiapan presentasi. “Dengan malu-malu, dan setelah tak bisa menghindari pertanyaan, Ms Noha mengatakan dia  melakukan shalat. Ia shalat di waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan oleh agama,” katanya. Perasaan jengkel pada awalnya sebab waktu diskusi sering tertunda berubah menjadi rasa kekaguman.

Sejak saat itu, ia yang tak pernah percaya Tuhan mengatakan ingin memiliki perasaan pentingnya Tuhan dalam hidup. Perlahan, ia mulai bertanya lebih banyak tentang Islam.

Noha tidak pernah mendorong tetapi membimbing saya ke arah mana ia bisa menemukan informasi yang saya perlu belajar lebih banyak. Saat kunjungan bisnis itu selesai, Adam akhirnya meninggalkan Kairo dengan keinginan membara untuk belajar Islam. Ia membawa sebuah koper berisi buku demi mendinginkan dahaganya terhadap ilmu.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari

Reporter: Dwi Murdaningsih