Mualaf Clay (2) Ia Bahagia Mengetahui Islam Menghormati Yesus

image

Awalnya Clay tak yakin bahwa Alquran sebagai satu-satunya sebab yang menjadikannya masuk Islam, ia berfikir Islamnya ia hari ini terjadi atas kehendak Allah. “Saya tidak pernah tahu bagaimana pikiran saya bisa berubah. Allah yang mengendaki saya suatu hari akan memeluk Islam. Alhamdulillah, setelah 18 bulan, aku tiba-tiba terbangun dengan rasa iman di dada dan (tiba-tiba) mengenali-Nya,” kata dia.

Clay mulai memeluk Islam setelah 18 bulan mempelajari Islam. Keislamannya seperti sesuatu yang spontan. Ia tiba-tiba terbangun di tengah malam dan berujar, “Hei, subhannallah, saya muslim!".

Mengutip hadis, ia mengatakan bahwa siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak seorangpun yang bisa menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh Allah maka tida seorangpun yang bisa memberinya petunjuk (HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidzi).

Ketika menjadi muslim ia bahagia mengetahui Islam menghormati Nabi Isa. Clay tidak memungkiri hak-hak ilahiah yang diberikan kepada Yesus (Isa). “Ketika saya tahu bagaimana Islam menggambarkan tentang Yesus, aku senang melihat bahwa Yesus digambarkan sebagai seorang nabi (Isa/Yesus juga disebut Mesias),” kata dia.

Salah seorang Muslim pertama yang ia temui selama 18-bulan masa belajar Islam pernah melontarkan satu hal. "Yesus adalah seorang nabi Allah yang harus dihormati. Meninggal dengan cara disalib bukanlah cara yang baik untuk mati. Dan ini tidak cocok untuk seorang nabi Allah,” ujar dia. Saat itu ia baru menydari bahwa umat Islam begitu menghormati Yesus.

Setelah memeluk Islam, ia berharap semua umat Islam di dunia mendapatkan hidayah agar ibadah yang dilakukan semakin baik dan sempurna. Ia merasa sedih dengan pemberitaan tentang Islam yang beredar di media, misalnya tentang teroris.

“Sangat menyedihkan bahwa orang tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang Islam dalam berita dan media,” ujar dia. Jika ada sesuatu yang salah tentang Islam, media langsung memberitakannya. Menurutnya, media pintar sekali membisniskan berita.  “Padahal seorang muslim sejati tidak akan pernah menjadi teroris. Dan teroris itu bukanlah muslim sejati,” katanya. (selesai)

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari

Reporter: Dwi Murdaningsih/onislam REPUBLIKA.CO.ID