Salam Sejahtera Atas Kelahiran Isa al Masih Dalam Al Quran 3

Dengan demikian walaupun umat Kristiani meyakini bahwa tanggal 25 Desember adalah hari dimana Yesus telah dilahirkan, namun keyakinan ini justru secara diametral justru bertentangan dengan informasi kitab suci mereka sendiri. Lantas, mengapa hari Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember ?. Edward Gibbon, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa perayaan tersebut diadopsi dari perayaan kelahiran Sol yang diselenggarakan oleh penganut paganisme di Romawi, sebagi berikut: “The Roman Christians, Ignorant of his (Christ’s) birth, fixed the solemn festival to 25 December, the Brumalia or winter solstice when the pagans annually the birth of Sol ”18 .(Orang Kristen Romawi yang tidak mengetahui kelahirannya (Kristus), menentukan perayaan Natal pada 25 Desember, saat Brumalia atau titik balik matahari di musim dingin, ketika kaum pagan setiap tahun merayakan kelahiran Sol).

Beberapa waktu lampau seorang astronom Australia, David Reneke memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember, seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini. Sebagimana dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika ditilik dari peristiwa ‘bintang terang natal’ di Betlehem 2000 tahun silam, seharusnya Natal jatuh pada tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus untuk mempersembahkan, mur emas, dan kemenyan. Penelitian yang dilakukan oleh astronom mengasumsikan, bintang terang tersebut merupakan kombinasi planet Venus dan Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan menjadikannya lebih bersinar terang dari biasanya.19

Hatta demikian telah diketahui bersama bahwa tidak ada tanggal paling pasti tentang kelahiran Nabi Isa. Perayaan Natal per 25 Desember hanya merupakan tradisi Kristen selama berabad-abad yang diadopsi dari perayaan kaum penyembah berhala. Sendainya saja Nabi Isa menginginkan hari lahirnya dirayakan maka tentu salah satu ajaran yang disampaikannya adalah tentang fakta hari kelahirannya terkait waktu yang tepat.

Kenyataannya hal itu tidak disampaikannya dan hal ini menjelaskan hakikat bahwa perayaan kelahiran Nabi Isa memang tidak berasal dari ajarannya. Namun merupakan produk dari perkembangan budaya selama berabad-abad dalam kekristenan. Pada bagian terakhir ini, sekaligus perlu ditegaskan bahwa terkait dengan masalah hubungan Islam dengan agama-agama lain beserta klaim-klaim kebenarannya, secara teologis, sudah selesai, settled, dan final. Allah sendiri yang telah menuntaskannnya sejak awal melalui Al Quran. Islam memandang perbedaan dan keragaman agama sebagai hakikat ontologis dan sunatullah dan oleh karenanya genuine.20 Oleh karenanyalah maka kaum muslimin hendaknya hanya berpegang kepada kitabullah dan sunah Nabi yang menjadi sumber-sumber hukum Islam.

PENUTUP
Berdasarkan kajian di atas, sikap penolakan kaum muslimin untuk mengucapkan selamat natal bukan disebabkan oleh faktor antipati apalagi anti-toleransi. Namun lebih karena berpijak pada konsep agamanya sendiri tentang kelahiran Nabi Isa. Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat Al Quran, Nabi Isa tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Konsekuensinya, berdasarkan kajian tersebut maka mengucapkan “Selamat Natal” adalah sebuah wujud penyangkalan terhadap kebenaran Al Quran. Tidak layak bagi seorang muslim untuk melakukan penyangkalan yang demikian halnya. Keyakinan ini, tentu tidak bisa dipaksa untuk berubah hanya karena argumentasi menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama. Apalagi telah terbukti bahwa argumentasi tersebut bukannya berakibat positif namun justru memicu konflik baru di kalangan kaum muslimin. Oleh karena itu kurang bijaksan juga apabila umat Islam dibujuk atau bahkan dipaksa untuk mengikuti ritual agama lain dan memberikan ucapan selamat hari raya dimana umat Islam sendiri telah memiliki konsepnya secara mandiri yang berbeda dengan konsep agama tersebut. Umat Kristiani yang bijaksana, menurut hemat penulis, tentu akan menghormati keyakinan umat Islam yang demikian dalam kerangka toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

MAROJI’
1KH. Abdullah Wasi’an. Al Quran Mengucapkan Selamat Natal. Majalah Modus Edisi 3/ Th. II/2004. Hal. 5

2Tim Fakta. Propaganda Natal. Majalah Sabili No. 12 Th. XI/ 2004. Hal. 86-87

3KH. Abdullah Wasi’an. Opcit. Hal. 5

4Mun’im A. Sirry (editor). Fiqih Lintas Agama: membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis. Cetakan VII. (Paramadina, Jakarta, 2005). Hal. 84

5Mun’im A. Sirry. Ibid. Hal. 82

6 QS. Al Maryam : 33

7 QS. Maryam : 30-33

8 I. Suharyo, Pr. Membaca Kitab Suci Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Cetakan VI. (Lembaga Biblika Indonesia Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995). Hal. 108-109

9Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir III. (Ma’tabah Ma’arif, Riyadh, 1989). Terjemah Drs. Syihabuddin. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir III. (Gema Insani Press, Jakarta, 2000). Hal. 192

10Prof. DR. Hamka. Tafsir Al Azhar Juz XVI. (Pustaka Panjimas, Jakarta, 1988). Hal. 29

11Teungku Muh. Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Quranul Majid 3. (Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000). Hal. 2475

12M. Quraish Shihab. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Qur’an. Vol. 8. (Lentera Hati, Jakarta, 2002). Hal. 180-184

13M. Quraish Shihab. Ibid. Hal. 183

14 Lukas 2: 8-11. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

15 Pendeta Herbert W. Armstrong. Plain Truth About Christmass. Terjemah oleh Masyhud SM. Merayakan Natal Melestarikan Ritual Penyembah Berhala. Modus Vol. II No. 6 Th. II/ 2005. Hal. 28

16 Ezra 10 : 9. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

17 Ezra 10 : 13. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

18 Edward Gibbon. Decline and Fall of Roman Empire. Vol. II. Hal 383 dalam Wahyudi. Sex in the Bible. (Bina Ilmu, Surabaya, 2004). Hal. 34

19Lihat situs http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8147:astronom-yesus-lahir-bulan-juni&catid=103:iptek&Itemid=56. Diakses pada tanggal 18 Desember 2008 pukul 9.34 WIB.

20DR. Anis Malik Thoha. Inklusivisme Lahir dari Rahim Kristen. Majalah Tabligh Vol. 02/ No. 9. (Jakarta, 2004). Hal. 18

Penulis: Susiyanto
(Peneliti Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) & Mahasiswa Pasca Sarjana Peradaban Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Dipublikasikan ulang seizin penulis dari www.susiyanto.wordpress.com