37 Warga Gunungkidul Masuk Islam

image Hari ini, Ahad tanggal 18 April 2010 atau 5 Jumadil Awal 1431 adalah hari yang bersejarah bagi 37 orang warga Pedukuhan Pucung, Desa Planjan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul. Betapa tidak, hari ini secara resmi mereka mengikrarkan diri mereka sebagai muslim/muslimah di hadapan ratusan jamaah pengajian di Balai Desa Pampang Kecamatan Paliyan Gunungkidul.

Dari 37 orang tersebut, 33 orang di antaranya sebelumnya menganut agama Hindu dan sisanya adalah penganut Nasrani. Usia mereka cukup bervariasi, paling muda umur 11 tahun dan tertua umur 60 tahun. Datang dengan menumpang mobil bak terbuka setelah menempuh jarak 17 km dari Saptosari ke Paliyan, nampak keceriaan di wajah-wajah mereka seakan siap menyongsong hidup baru dalam naungan hidayah Sang Pencipta Alam Semesta, Allah SWT.

Berbondong-bondong masuk Islamnya para mualaf ini tak lepas dari peran Yayasan Ukhuwah Muallaf (YAUMU) Gunungkidul pimpinan Bapak Supoyo dan Yayasan Bina Ummat Muallaf Indonesia (YABUMI) Yogyakarta pimpinan Ust Willibrordus Romanus Lasiman yang juga memimpin Pondok Pesantren Diklat Al-Hawariyyun Yogyakarta.

Sosok WR Lasiman ini cukup menarik karena beliau adalah da'i tangguh yang mengembalikan keimanan ummat di berbagai daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan, khususnya di lereng Merapi. Sebagaimana namanya, ia dulu beragama Katolik dengan nama baptis Willibrordus, ditambah nama baptis penguatan (kader) Romanus dan biasa dipanggil Pak Willi. Sebagai seorang pemuka Katolik,ia banyak mempertanyakan kejanggalan demi kejanggalan yang dia temukan dan mendiskusikannya dengan pendeta pengasuhnya. Kegelisahan yang semakin menggoyahkan keyakinannya itu memberinya keputusan untuk berkelana dari Katolik ke Kristen Baptis, lalu pindah ke Kebatinan Pangestu (Ngestu Tunggil), mendalami kitab Sasongko Jati, Sabdo Kudus, dan lainnya. Ia juga terjun ke perdukunan dan menguasai berbagai kitab primbon dan ajian. Tujuannya satu, mencari dan menemukan kebenaran hakiki.Tentang WR Lasiman silakan klik: http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=A5635_0_4_0_M

Mari kita kembali lagi ke prosesi peng-Islaman di Paliyan. Dalam sambutannya, Bapak Supoyo mewakili YAUMU memaparkan bahwa dalam setahun ini YAUMU telah meng-Islamkan 517 orang dan melakukan pembinaan ke-Islaman kepada mereka, bekerjasama dengan Pengurus Cabang Muhammadiyah Gunungkidul dan beberapa organisasi dakwah lainnya. Biasanya, setelah prosesi ikrar maka para muallaf akan dibina secara intensif selama tiga hari di kota Yogyakarta, dengan fasilitas antar-jemput. "Kalau muallaf yang sudah lama, untuk datang ke pengajian tentu tidak perlu dijemput lagi", kata Pak Supoyo. Di bidang ekonomi, YAUMU juga berusaha memberdayakan para muallaf misalnya dengan memberikan santunan berupa bahan makanan pokok, serta kambing gaduhan. Di bidang pendidikan, YAUMU berusaha memindahkan para siswa muallaf dari sekolah non-muslim ke sekolah bernafaskan Islam.

Nah, kami yang berangkat dari Yogya sejak pukul 06.00 setelah saling menunggu sejak habis subuh sudah tak sabar untuk mengikuti prosesi sakral ini. Kebetulan hadirin semakin banyak berdatangan; dari berbagai jamaah pengajian di Gunungkidul, Yogya, bahkan ada rombongan Ust Wahfiudin dari Jakarta. Prosesi pun diawali dengan pensucian, yakni melakukan wudlu dan berganti pakaian. Sewaktu datang, hanya seorang anak perempuan yang memakai kerudung. Pensucian dilakukan di kamar mandi SDN 1 Pampang yang terletak di sebelah timur balai desa dengan dibatasi lapangan sepak bola.

Prosesi ikrar Syahadatain (dua kalimat Syahadat) yang dipimpin Ust Wahfiudin tersebut berlangsung dengan sangat khusyuk dan mengharukan. Dilanjutkan dengan doa berbahasa Indonesia, para muallaf tak kuasa lagi menahan air mata mereka. Tangis pun pecah, begitu juga yang terjadi pada para hadirin. Betapa tidak, hari ini adalah hari bersejarah dalam kehidupan mereka; hari dimana mereka kembali kepada naungan Allah SWT yang telah menciptakan mereka, menghidupkan mereka, dan suatu saat pasti akan mengambil nyawa mereka. Ya, sebagaimana raga mereka yang tak mungkin menghindar dari takdir-Nya, hari ini mereka menyerahkan  kembali jiwa mereka pada fitrah yang telah ditetapkan Sang Khalik; menjadi seorang muslim atau muslimah yang berarti berserah diri pada Allah SWT.

Ya Allah, teguhkanlah iman mereka, mudahkanlah dalam menjalankan agama-Mu, bahagiakan mereka di dunia dan akhirat dan kumpulkan kami bersama mereka di surga-Mu. Amien. (Muhammad Abu Ibrahim Azzam, Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin)

www.suara-islam.com