Alhamdullah..Kian Banyak Wanita Hispanik yang Memeluk Islam

REPUBLIKA.CO.ID, MENTONE--Kamis (3/11) pagi, di luar perpustakaan John M. Pfau di Cal State San Bernadino, psikolog Gina Cuellar menunggu sahabatnya. Tak lama, sahabat yang ia tunggu datang.

Cuellar, pagi itu mengenakan jilbab berwarna pink. Ya, ia seorang Mualaf. "Saya pikir, Allah menjaga saya setiap kali memakainya," kata dia seperti dikutip contracostaimes.com, Jum'at (4/11).

Cuellar, merupakan keturunan hispanik. Ibu seorang Amerika-Latin. Ia meninggal ketika Cuellar berusia 11 tahun. Ayahnya merupakan keturunan Amerika-Kaukasia. Cuellar bersama sang ayah tinggal di Mentone.

Cuellar mengatakan ia dibesarkan dalam keluarga Kristen tetapi tidak pernah merasa nyaman di gereja. "Aku punya banyak pertanyaan yang tidak dijawab. Mereka hanya mengatakan kepada saya untuk percaya. Itu bukan jawaban yang cukup baik bagi saya,"

Akhirnya dia bertemu, dan menikah dengan Domingo Cuellar. Suaminya seorang guru matematika di Crafton Hills College, Yucaipa. Pasangan ini telah menjadi anggota Komunitas Muslim Redlands. "Islam masuk akal bagi aku. Aku merasa seperti orang yang sama sekali berbeda," katanya.

Sebelum memeluk Islam, kata Cuellar, hidupnya seolah tanpa tujuan. Tak lama, ia merasa sadar untuk segera mengakhiri hidupnya yang berantakan.  "Keesokan harinya aku bangun dan berkata,` aku harus berhenti," kata dia.

Cuellar mengaku ia seolah mendapat kesempatan untuk menjalani hidup baru. Ia pelajari Alquran, berpuasa, dan shalat lima waktu. "Hasilnya, aku merasa menjadi orang yang lebih sabar dan penuh kedamaian," ujarnya.
Namun, Cuellar mendapat penolakan dari keluarganya. Sang Ayah bahkan belum menerima alasan mengapa dirinya memeluk Islam. Ia pun banyak kehilangan teman.

"Saya sering disebut teroris," ungkapnya.

Pengalaman buruk juga dialami Cuellar. Pernah, ia memesan muffin dan omelet. Namun, petugas restoran itu memberinya daging babi. Sontak, Cuellar menolaknya. "Islam melarang saya untuk makan dagung babi," kata dia kepada petugas restoran tersebut.

Cuellar mengaku, petugas itu sengaja memberikan pesanan itu lantaran ia mengenakan jilbab. "Saya merasa didiskriminasikan karena cara saya berpakaian," kata Cuellar.

Meski ia telah menjadi Muslim. Cuellar mengaku tidak meninggalkan kegemarannya untuk mendengarkan musik reggae. Sebab, Islam tidak melarang umatnya untuk mendengarkan musik. "Aku senang menjadi contoh bagi Muslim Amerika lainnya," kata Cuellar.

Di kota Monteno, perkembangan populasi Muslim cukup signifikan, terutama kalangan wanita hispanik. Cuellar merupakan satu contohnya. "Tren wanita AS memeluk Islam tengah terjadi, terutama dikalangan hispanik," ungkap Ahmed Rehab, Direktur Media Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR).

Dany Doueiri, Direktur Program Bahasa Arab di Cal State San Bernardino dan salah satu pendiri IslamiCity.org, mengatakan, sekitar 60 persen dari pengunjung website-nya menanyakan tata cara memeluk Islam.  "Di AS, kebanyakan warga AS, utama hispanik berusia antara 17 dan 33 tahun telah memeluk Islam," kata Doueiri.

Lalu, lanjut dia, warga Afro-Amerika juga memeluk Islam Kemudian, disusul warga kulit putih berusia 40 tahun.

Namun, Biro Sensus Amerika tidak memilik data resmi terkait jumlah Muslim di AS. Menurut CAIR, jumlah populasi Muslim di seluruh AS mencapai 6-7 juta jiwa.

Redaktur: taufik rachman

Reporter: agung sasongko