Mustafa Darmawan Sunarja: Nikmatnya Mendengar Azan (Bag 2)

image

Pada 2002, tepatnya 8 Juli 2002 pukul 03.00 di kediaman Aa Gym, di Geger Kalong, Bandung Jawa Barat, Darmawan berikrar menjadi seorang Muslim. Ia sendiri mengaku tidak tahu persis apa yang mendorongnya memeluk Islam. Ia merasakan adanya panggilan yang kuat dalam hatinya untuk memeluk Islam.

‘’Entahlah saya tidak tahu persis. Yang pasti, saya merasa ada panggilan dalam hati untuk memilih Islam sebagai agama saya sampai ajal menjemput,'' tuturnya. Ayah Andhika Nazran Sunarja dan Aryandi Nabil Sunarja ini sangat bersyukur, karena keluarganya sangat moderat.

Keluarganya membebaskan dirinya untuk memilih pilihan hidup dalam beragama, demikian juga istri. Meski telah berbeda agama, hubungan dengan keluarganya sangat baik dan tidak ada yang berubah.  ‘’Kami bisa saling memahami perbedaan ini secara dewasa dan sangat nyaman.''

Darmawan mempelajari Islam selama lebih kurang enam bulan dari seorang ustaz yang di fasilitasi Daarut Tauhiid. Namanya ustaz H Lili Chumedi.  Dari ustaz itulah, ia mendapatkan wawasan tentang figur Nabi Muhammad SAW. Selain itu, guru agamanya itu juga menjelaskan bagaimana pandangan Islam terhadap agama lainnya.

‘’Ternyata, Islam itu adalah agama yang membawa rahmat dan kebaikan bagi dunia dan seisinya,’’ tutur Darmawan. Lantas, siapa saja orang yang paling berperan sehingga dirinya memeluk Islam? Menurut dia,  banyak yang berperan antara lain Ajengan Mumun, pimpinan pesantren di Garut, teman-temannya saat kuliah dan tentu saja Aa Gym.

Yang tak kalah pentingnya, kata dia, istri dan keluarga yang tetap bisa mencintai dan mendukungnya sampai hari ini. Di awal-awal menjadi Muslim, dosen STIEPAR Yapari Aktripa Bandung ini mendapat bimbingan  dari para ustaz di Daarut Tauhid Bandung.

''Aa Gym dan Teh Ninih juga keluarga beliau, sering berkunjung ke perusahaan tempat saya bekerja. Kami sering makan bersama, ngobrol  dengan penuh keakraban. Seluruh karyawan dibina secara baik dan intensif oleh Pesantren Daarut Tauhid. Ada pengajian bulanan. Kebetulan 95 persen karyawan di perusahaan saya Muslim. Suasana ini sungguh sangat mendukung saya yang baru masuk Islam.’’ REPUBLIKA.CO.ID, 

Redaktur: Heri Ruslan