Mustafa Darmawan Sunarja: Nikmatnya Mendengar Azan (Bag 1)

image

Lantunan azan Maghrib yang terdengar setiap sore hari di televisi, ternyata memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan Mustafa Darmawan Sunarja. Direktur Mihrab Qolbi Travel ini mengaku merasakan getaran yang sangat indah setiap kali mendengar azan dari televisi, meski ia tidak memahami maknanya.

‘’Sejak kecil, setiap kali mendengar suara azan, khususnya Maghrib dari TVRI, saya selalu terdiam. Saya menyimak azan sampai selesai. Dan itu berlangsung sampai saat ini,'' ungkap Darmawan kepada Republika di Jakarta Kamis (16//6).

Pergaulannya dengan suasana Islam, semakin bertambah ketika menempuh studi di Universitas Padjadjaran (Unpad). Saat mahasiswa, ia mengaku banyak bergaul dengan teman-teman yang beragama Islam. Dari pergaulan itulah, ia sering terlibat dalam kegiatan buka puasa bersama teman-teman Muslim setiap bulan Ramadhan.

‘’Saya pun ikut puasa seperti mereka. Saya rasakan nikmatnya puasa sampai saat ini. Itu terjadi sejak tahun 1985,'' ungkap Ketua Dewan Pengawas dan Pendiri Yayasan Syiar Insan Madani ini penuh syukur. Keinginannya untuk menjadi seorang Muslim semakin bertambah ketika dia mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Cibatu, Garut , Jawa Barat pada 1989.

Ketika itu, ia tinggal di sebuah pesantren. Suasana islami membuatnya ikut terpengaruh. Darmawan mengaku mulai mencoba-coba berwudhu dan melaksanakan shalat. ‘’Walaupun, saat itu saya tidak tahu bagaimana caranya, dan hanya ikut-ikutan saja,’’ ucapnya mengenang.

Minatnya terhadap Islam semakin menguat, karena setiap hari,  suami dari Nany Diana ini, selalu diajak berbincang oleh Ajengan Mumun, pimpinan pesantren itu. Dengan penuh keramahan, Ajengan Mumun menjelaskan tentang ajaran Islam. Sepulang dari KKN, Darmawan mengaku memiliki firasat: cepat atau lambat pasti akan menjadi seorang pemeluk Islam.

Atas inisiatif sendiri, Darmawan pun berkhitan.  ‘’Keinginan untuk lebih mengenal dan menjadi pemeluk Islam, terus muncul dan menguat dalam hati. Mulai saat itu pun saya jarang melaksanakan ibadah agama saya sebelumnya. Saya jarang ke gereja, saya merasakan ada kekeringan dalam kehidupan iman saya karena dimanjakan kehidupan.''

Sebelum menjadi seorang Muslim, Darmawan sering memfasilitasi acara-acara keagamaan, terutama Hari Besar Islam dan bulan Ramadhan, sebagai sarana pembinaan terhadap karyawan di tempatnya bekerja. Tahun 1998 ia mengundang Aa Gym untuk memberikan ceramah halal bi halal bagi karyawan di perusahaan tempatnya bekerja.

‘’Sungguh luar biasa, saya sangat tersentuh dengan ceramah beliau saat itu, sampai saya tanpa sadar menangis. Dan sejak saat itulah saya merasakan ada sesuatu yang terus menggelitik untuk kenal Islam lebih jauh,’’ ungkapnya penuh haru. (besambung) REPUBLIKA.CO.ID, 

Redaktur: Heri Ruslan

Reporter: Damanhuri Zuhri