Konon, pada suatu ketika, Petrus berdiri di antara kira-kira seratus dua puluh orang dan berkata:
"Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini." (Kisah Para Rasul 1:16-17).
Petrus mengklaim bahwa pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus merupakan pemenuhan atas nubuat Perjanjian Lama yang konon telah disampaikan Roh Kudus melalui lisan Daud. Kemudian, Petrus pun merujuk potongan ayat Perjanjian Lama yang diduga telah disabdakan oleh Daud:
"Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain. (Kisah Para Rasul 1:20).
Ayat-ayat Perjanjian Lama yang dikutip Petrus di atas berasal dari Kitab Mazmur berikut ini:
Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya. (Mazmur 69:26).
Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain. (Mazmur 109:8).
Sepintas lalu kutipan Petrus di atas cukup akurat. Namun, jika dicermati, terdapat bias yang jelas, dimana frasa "perkemahan mereka" dalam Mazmur diubah menjadi "perkemahannya" dalam pidato Petrus. Perubahan kata ganti ini dimaksudkan Petrus agar seolah-olah ayat-ayat Mazmur tersebut bernubuat tentang Yudas, padahal, ayat-ayat tersebut sama sekali bukanlah ayat nubuat, tetapi merupakan potongan dari kumpulan ayat-ayat Mazmur yang berisi tentang luapan emosional pribadi Daud kepada Tuhan terhadap orang-orang yang menyakitinya. Tidak ada hal yang cukup spesifik dari ayat-ayat Mazmur tersebut untuk diterapkan kepada Yudas!
Pada kesempatan terpisah, di depan kesebelas rasul dan orang-orang Israel, Petrus menjelaskan bahwa penyaliban Yesus oleh tangan-tangan durhaka merupakan maksud dan rencana Allah, yang kemudian oleh Allah Yesus dibangkitkan kembali dengan melepaskannya dari sengsara maut, karena menurut Petrus tidak mungkin Yesus tetap berada dalam kuasa maut itu. Peristiwa ini, menurut Petrus, merupakan pemenuhan nubuat Perjanjian Lama:
Sebab Daud berkata tentang Dia (Yesus): Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. (Kisah Para Rasul 2:25-28)
Ayat-ayat yang dikutip Petrus di atas berasal dari Kitab Mazmur berikut:
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. (Mazmur 16:8-11)
Kutipan Petrus dari Mazmur di atas cukup sempurna. Namun demikian, ayat-ayat Mazmur tersebut, lagi-lagi, bukanlah ayat nubuat tentang akan datangnya seseorang yang akan mengalami "penderitaan sementara" di dalam kubur, terlebih secara spesifik menunjuk kepada Yesus. Tetapi, ayat-ayat Mazmur di atas sebenarnya merupakan pujian pribadi Daud kepada Tuhan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Yesus.
Lebih jauh, para penerjemah Alkitab berusaha memaksakan frasa "Orang Kudus-Mu" untuk dipaksakan menunjuk kepada Yesus dengan mengganti inisial "o dan k" (huruf kecil) menjadi "O dan K" (huruf besar-"Orang Kudus-Mu"). Padahal, "orang kudus" yang dimaksud dalam Mazmur di atas menunjuk kepada pribadi Daud sendiri. Lebih jauh lagi, gelar "orang kudus" dalam Mazmur juga melekat kepada orang-orang lain, para sahabat Daud, sebagaimana tersebut dalam ayat Mazmur sebelumnya:
Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. (Mazmur 16:3)
Jadi, tidak ada sesuatu hal apapun yang cukup spesifik dari Mazmur di atas untuk diterapkan kepada Yesus!
Selanjutnya, Petrus pun masih berkata tentang Daud:
Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. (Kisah Para Rasul 2:30-32)
Petrus mengklaim bahwa seorang dari keturunan Daud yang akan menduduki takhtanya adalah Yesus. Meski Petrus tidak menyebut nama secara langsung, akan tetapi ini bisa secara jelas diidentifikasi dari frasa "kebangkitan Mesias" yang tentu saja maksudnya adalah Yesus. Di sini, Petrus tidak merujuk apapun dari Perjanjian Lama, namun, kita bisa meneliti ayat-ayat Perjanjian Lama tentang kebenaran ucapan Petrus di atas, berikut ini:
TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." (Mazmur 132:11-12)
Apabila umurmu (Daud) sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (2 Samuel 7:12-14)
Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (2 Samuel 12:24)
Lalu raja Daud menjawab, katanya: "Panggillah Batsyeba." Perempuan itu masuk menghadap raja dan berdiri di depannya. Lalu raja bersumpah dan berkata: "Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan, pada hari ini aku akan melaksanakan apa yang kujanjikan kepadamu demi TUHAN, Allah Israel, dengan sumpah ini: Anakmu Salomo akan menjadi raja sesudah aku, dan dialah yang akan duduk di atas takhtaku menggantikan aku." (1 Raja-Raja 1:28-30)
Dan terjadilah pada tahun keempat ratus delapan puluh sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN. (1 Raja-Raja 6:1)
Lalu raja (Salomo) melanjutkan "Ketika Daud, ayahku bermaksud mendirikan rumah untuk nama TUHAN, Allah Israel, berfirmanlah TUHAN kepadanya: Engkau bermaksud mendirikan rumah untuk nama-Ku, dan maksudmu itu memanglah baik; hanya, bukanlah engkau yang akan mendirikan rumah itu, melainkan anak kandungmu yang akan lahir kelak, dialah yang akan mendirikan rumah itu untuk nama-Ku. Jadi TUHAN telah menepati janji yang diucapkan-Nya; aku (Salomo) telah bangkit menggantikan Daud, ayahku, dan telah duduk di atas takhta kerajaan Israel... (1 Raja-Raja 8:17-20)
Dari kutipan ayat-ayat Perjanjian Lama di atas, cukup jelas, bahwa keturunan Daud yang akan menggantikan dan menduduki takhtanya adalah anak kandungnya sendiri, dari istri Batsyeba, yang bernama Salomo, bukan Yesus!
Lebih menggelikan lagi, sebagaimana dikutip di atas, ketika Petrus berkata:
Karena itu ia (Daud) telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia (Daud) mengatakan, bahwa Dia (Yesus) tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. (Kisah Para Rasul 2:31)
Ucapan Petrus tersebut sebenarnya merupakan kutipan ayat yang telah dibiaskan dari Kitab Mazmur berikut:
sebab Engkau tidak menyerahkan aku (Daud) ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu (Daud) melihat kebinasaan. (Mazmur 16:10)
Betapa biasnya perkataan Petrus ini, padahal, sekali lagi, ayat Mazmur tersebut berbicara tentang pribadi Daud sendiri, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Yesus. Benar-benar menggelikan!
Kemudian, Petrus meneruskan pidatonya, bahwa sesudah Yesus ditinggikan oleh tangan kanan Allah ke surga dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan, maka dicurahkan-Nya di depan hadirin. Peristiwa ini, menurut Petrus, merupakan pemenuhan nubuat Perjanjian Lama:
Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (Kisah Para Rasul 2:34:36)
Petrus mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama tersebut dari Kitab Mazmur berikut ini:
Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek." (Mazmur 110:1-4)
Kutipan yang cukup akurat, namun lagi-lagi terjadi bias yang terlalu dipaksakan. Bahwa kata "tuanku" dalam Mazmur di atas sebenarnya menunjuk kepada Daud, karena Mazmur ini jelas sekali ditulis oleh orang lain yang ingin bercerita tentang Daud. Sebagaimana diketahui, Daud adalah seorang nabi, tokoh besar, raja, dan mesias bagi bangsa Israel (1 Samuel 16:12-13; 2 Samuel 5:1-5; Mazmur 2:2). Jadi, tidaklah heran jika Tuhan berfirman kepada Daud. Akan tetapi, oleh Petrus, para pengarang injil kanonik, dan para penerjemah Alkitab, telah dibiaskan seolah-olah "tuanku" tersebut menunjuk kepada Yesus, sehingga seolah-olah Tuhan berfirman kepada Yesus, hal ini jelas terlihat dengan adanya perubahan inisial "t" (huruf kecil-"tuanku") dalam Mazmur menjadi "T" (huruf besar-"Tuanku") dalam Kisah Para Rasul. Lihat juga perubahan inisial pada kata "musuh-musuhmu" dan "kakimu" dalam Mazmur menjadi "musuh-musuh-Mu" dan "kaki-Mu" dalam Kisah Para Rasul.
Kita tidak tahu persis siapa sebenarnya tokoh yang bernama Petrus ini, yang pasti, Kitab Kisah Para Rasul ini memuat pidato seseorang yang ternyata isi pidatonya tidak bisa diterima kebenarannya, terbukti dari kata-katanya telah membiaskan ayat-ayat Perjanjian Lama untuk mempromosikan salah seorang nabi Allah yang bernama Yesus (Isa as) untuk disejajarkan dengan Tuhan. Na'udzubillaahi min dzaalik!
Wassalaam.