Saat berusia 16 tahun, Latasha seorang gadis Kristiani yang taat. Meski jauh dari rumah, tak membuat Latasha bermalas-malasan ke gereja setiap minggunya.
Dibesarkan dalam keluarga yang religius, membuatnya teratur membaca dan mempelajari Alkitab. Namun, ia merasa ada banyak kesalahan dalam Alkitab.
Menurutnya, dalam Alkitab, banyak cerita yang saling bertentangan. Saat ia meminta penjelasan pada nenek dan pendeta dari gereja, jawabannya selalu berbeda. Mereka hanya mengatakan untuk mengabaikan detail-detail cerita tersebut.
Dan saat itu ia menurut saja. Ketika usianya 20 tahun, ia ditunjuk mewakili gereja setempat untuk mengikuti Youth Pastor. Selama mengikuti kegiatan, ia lebih banyak belajar tetang Alkitab. Semakin ia mempelajari, semakin banyak pertanyaan yang akhirnya bermunculan.
Merasa tidak mendapatkan jawaban yang tepat, ia memutuskan untuk mendaftar ke Bible College. Ia berharap bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaannya. “Yang pasti saya akn menemukan jawabannya di sana,” pikirnya saat meutuskan untuk mengikuti Bible College.
Namun nyatanya, ia tak juga menemukan jawaban. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Youth Pastor karena masih meragukan dasar dari seorang pastor tentang ketuhanan. Ia merasa tak pantas jadi pemimpin dan masih butuh pemimpin. Hatinya menangis saat tidak menemukan jawaban dan kedamaian.
Suatu malam, ia menonton sebuah acara televisi yang disiarkan langsung dari Irak oleh CNN. Dalam siaran langsung tersebut, ia melihat seorang waita paling cantik yang pernah dilihatnya.
Wanita itu memakai baju hitam dari kepala hingga kaki. Walaupun busana yang dipakainya sederhana, tapi menurutnya, ia sangat anggun. Dari penampilannya ia tahu wanita tersebut seorang Muslim. Saat itu juga ia sangat ingin menjadi wanita yang tengah dilihatnya di layar kaca. Dan pencariannya akan Islam dimulai.
Ia pun memuaskan rasa ingin tahunya dengan mencari di situs online dengan kata kunci “Muslim Woman Dress" & "Muslim Woman Face Veil". Ia terus meng-googling busana wanita Muslim tanpa mempedulikan agama Islam.
Suatu hari ia berbincang dengan tetangganya tentang permasalahan agama. Tentangganya mengatakan, umat Kristen dibenturkan pada permasalahan tentang Tuhan. Orang-orang Islam berdoa kepada Tuhannya sehari 5 kali tetapi umat Kristen sehari sekalipun tidak. Setelahnya, ia segera mencari tentang Islam melalui internet di rumahnya.
“Saya sangat kagum pada keyakinan mereka (Muslim,-red.). Tampaknya cocok dan sejalan dengan pemikiran saya,” kenang Latasha seperti dilansir Onislam.net.
Untuk memastikan kebenaran informasi tentang Islam, ia mendatangi masjid terdekat yang jaraknya 50 mil. Setelah beberapa bulan mempelajari dan meneliti tentang ajaran Islam, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.
“Sebuah kedamaian memasuki hati dan jiwa saya, tidak seperti sebelumnya. Subhanallah!”