KRISTUS DALAM WARNA BUDDHA

Ada beberapa pembela Kristen yang memajukan syi’arnya dengan merugikan fihak lain. Mereka

menyinarkan Kristen dengan menggelapkan agama-agama lain. Mereka mencari sumber-sumber Islam dan al-Quran dalam Kitab-kitab suci agama-agama lainnya. Mereka tidak menyadari bahwa di atas segalanya, moralitas adalah harta kita yang paling berharga.

Mereka mestinya tahu bahwa sebagian besar khutbah di atas bukit adalah gema dari masa lalu. Buddha dan Yesus memberi resep yang sama ke dunia ini; banyak perumpamaan dari Isa Almasih adalah terjemahan dari perumpamaan dalam kepustakaan Buddhis. Kami percaya, bahwa Yesus tidak berhutang atas pencerahannya itu kepada kisah dan ceritera dari agama Buddha, semua ilmunya itu langsung datang dari Tuhan. Suatu studi yang cermat terhadap agama akan menjadikan manusia bisa mengapresiasi kebenaran al-Quran bahwa tak ada suatu bangsa yang ditinggalkan tanpa suatu risalah Ilahi. Tetapi orang-orang yang sezaman dengan para nabi itu tidak mencatat dengan lengkap kata-kata dari Tuannya. Generasi penerusnya diberi suatu agama yang tidak pernah diajarkan oleh Tuannya, yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh para pendirinya yang dihormati.

Di sini ada beberapa aspek kehidupan Kristus yang kita dapati diceritakan dalam kitab-kitab Jataka dari agama Buddha:
Maha Maya, dikatakan telah mengandungnya setelah suatu mimpi, dimana dia akan melahirkan Buddha yang akan datang, yang turun dari langit dan memasuki rahimnya.

Maya sendiri, menurut riwayat, wafat dan diusung ke langit Indra, dari mana Buddha sendiri akan turun belakanagan.

Ketika waktu semakin mendekat baginya untuk masuk dalam dunia rahim guna saat kelahirannya, para dewata sendiri mempersiapkan jalan baginya dengan alamat dan tanda bukti dari langit.

Gempa bumi dan mukjizat penyembuhan terjadi, bunga-bunga berkembang di luar musimnya, musik dari langit terdengar.

Sebelum kelahirannya juga ada nubuatan yang diucapkan mengenai dirinya.
Bahwa dia tidak menjadi raja dunia… dan menjadi Buddha yang dicerahkan sempurna, demi keselamatan umat manusia.

Dia juga, menurut kisah itu, di kandung dalam rahim ratu Maha Maya dan dia melahirkan seorang putera di Semak Lumbini, di bawah bayangan sebatang pohon Sal, satu cabang darinya menjulur kepadanya, sehingga dia bisa meraihnya dengan tangannya.

(“Cyclopaedia of Religion and Ethics”, jilid 2 halaman 881).
Satu teks mengatakan, bahwa dikandungnya Sakya Muni itu bukanlah karena persetubuhan yang mandiri antara ayah dan bundanya. Ini di dalam Mahavastu, dimana dinyatakan keperawanan ibunda dari Buddha. Buddhisatva tidak melalui bentuk umum dari indung telur, kelahirannya melalui samping bundanya.

Seorang penulis Kristiani terkemuka berkata:
“Adalah benar bahwa banyak kata-kata yang diletakkan di mulut Almasih oleh para penginjil telah didapati dalam tulisan para filsuf Yunani dan legenda Cina. Adalah benar, untuk mengambil contoh yang paling mengejutkan dari setiap peristiwa dalam kehidupan Sakya Muni yang menyajikan kepada kita kemiripan yang paling mengejutkan dengan riwayat hidup Kristus; bahwa dia lahir dari ibunda yang perawan, bahwa kelahirannya dirayakan oleh putera-putera makhluk langit, bahwa dia digoda oleh setan dan kemudian berubah bentuk. Tidak perlu diperkirakan bahwa yang satu adalah salinan dari yang lain, ataupun bahwa rangkaian ceritera itu rekayasa iblis atau tipu-daya ataupun bahwa keduanya adalah ciptaan yang kabur dari bagian abad kegelapan. Faktor yang mempersatukannya bukanlah inkarnasi, atau kelahiran perawan, atau mukjizat dalam kenaikannya ke langit. Mengambil tempat duduk di sebelah kanan Tangan Tuhan. Faktor pemersatunya adalah kata-kata bijak dan risalahnya yang penuh kasih kepada sesama.
Kisah keperawanan Maya (maria dalam kr

sten & maryam dalam islam) Ibunda Buddha itu dicantumkan dalam ‘Mahavastu’”.

Kepala para dewa termasuk Indra (Gabriel dalam kristen & Jibril dalam islam) menghadirinya dan anak lelaki itu diterima oleh empat malaikat Brahma. Seketika itu dia juga mengucapkan teriakan kemenangan.