Sebagian besar non-muslim Barat bahkan tidak tahu bahwa ada sebuah perspektif Islam yang secara substansial berbeda dari perspektif Yudeo-Kristen, utamanya menyangkut pemahaman mengenai asal-muasal Yahudi, Kristen, dan Islam. Pada umumnya, perspektif Yudeo-Kristenlah yang diajarkan secara sistematis di seluruh sistem sekolah Barat. Anak-anak muslim dalam sistem sekolah Barat secara rutin diindoktrinasi dengan perspektif Yudeo-Kristen, sering kali hal ini tanpa disadari oleh orangtua mereka, dan jelas-jelas pelanggaran atas prinsip Amerika tentang pemisahan gereja dan negara. Ironisnya, bahkan dalam sekolah-sekolah Islam di Amerika Utara, pengajaran sejarah dunia atau lainnya sering kali masih menggunakan buku-buku teks Barat yang menyebarluaskan perspektif Yudeo-Kristen.
Jika pengajar kelas ini bukan muslim yang diberi sertifikat oleh negara, maka guru non-muslim tersebut kemungkinan akan dengan senang hati mengajarkan perspektif Yudeo-Kristen tanpa menyadari bahwa ia secara diam-diam tengah menarik masuk anak-anak muslim ke dalam agamanya. Yang mengkhawatirkan, ada sebagian kaum muslim, utamanya mereka yang dididik di lembaga pendidikan yang berorientasi-Barat, atau yang dididik di Palestina yang dukuasai Israel, harus menerima perspektif Yudeo-Kristen tanpa mengenal perspektif Islam sama sekali.
Atas latar belakang di atas, perspektif Islam disajikan di bawah ini. Sebagaimana akan kita lihat, Islam kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda dari perspektif Yudeo-Kristen. Ini tampak paling jelas ketika memerhatikan istilah-istilah seperti Yahudi, Kristen, Islam, perjanjian, dan wahyu.
Seperti halnya tradisi Yudeo-Kristen, Islam menelusuri jejak asal-muasal umat manusia hingga Adam. Namun demikian, tidak seperti konseptualisasi dalam tradisi Yudeo-Kristen, Islam meletakkan permulaan agamanya pada Adam.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS.2:35).
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS.2:37).
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS.20:115).
Islam berarti "kepasrahan", yaitu kepasrahan kepada Allah, dan seorang muslim adalah "seseorang yang pasrah" kepada Allah. Oleh karenanya, agama Adam adalah Islam, demikian juga agama Nuh, Ibrahim, Musa, Isa (Yesus), dan sebagainya.
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS.42:13).
Bagaimanapun, ini tidak berarti bahwa Islamnya Adam sama persis dengan agama Nuh, atau Ibrahim, atau Musa, atau agama Isa, dan agama Muhammad. Kenyataannya tidaklah demikian. Bagaimanapun, kita harus memahami konsep-konsep Islam mengenai perjanjian dan perkembangan wahyu agar kita dapat memahami perbedaan itu.
Perjanjian dan Wahyu
Sebagaimana dicatat di atas, tradisi Yudeo-Kristen menerima konsep perjanjian untuk merepresentasikan penataan-ulang kosmos secara mendasar, di mana hubungan antara manusia dan Allah sepenuhnya didefinisikan-ulang, dan konsep agama yang benar-benar baru diperkenalkan. Oleh karena itu, perjanjian-perjanjian tersebut dipandang sedikit terpencar-pencar, yang hanya direpresentasikan oleh: (1) perjanjian primitif atau proto-perjanjian dengan Nuh; (2) perjanjian terbatas dengan Ibrahim, yang secara eksklusif diwarisi oleh Ishak, Yakub, kemudian oleh bangsa Israel; (3) revisi dan elaborasi perjanjian Ibrahim dengan perjanjian Musa, dan pewarisan atas perjanjian yang terbatas kepada bangsa Israel dan umat Yahudi; dan (4) perjanjian baru dengan Isa, yang untuk pertama kalinya membuka keikutsertaan orang-orang non-Yahudi.
Sebaliknya, Islam meneguhkan keanekaragaman perjanjian antara Allah dan umat manusia. Setiap nabi Allah, yang sebagian besar namanya bahkan tidak dikenal oleh manusia kontemporer,
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu'jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (QS.40:78).
memiliki perjanjiannya sendiri, yang diwarisi oleh masyarakat nabi yang bersangkutan. Kutipan-kutipan dari Al-Qur'an berikut digunakan untuk menjelaskan persoalan ini.
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (QS.2:40).
(Selanjutnya baca: QS.2:63, QS.2:83, QS.2:92-93, QS.2:125, QS.3:81, QS.4:153-155, QS.5:12-14, QS.5:70, QS.20:80-83, QS.33:7, QS.43:46-49).
Lebih lanjut, seorang nabi Allah diutus untuk setiap umat, bukan hanya untuk bangsa Israel. Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang merujuk pada fakta bahwa seorang nabi dikirim untuk umat tertentu. Berikut ini kutipan-kutipannya.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS.6:42).
(Selanjutnya baca: QS.6:130-131, QS.10:47, QS.10:74, QS.16:36, QS.16:63, QS.16:84, QS.16:89, QS.17:71, QS.35:24).
Jadi, antara zaman Adam dan Muhammad, perjanjian-perjanjian tersebut sangat banyak dan tidak bersifat eksklusif. Setiap orang, tanpa memandang asal-muasal etnis, bangsa, atau ras, memiliki kesempatan untuk mewarisi perjanjian dengan Allah. Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke dalam hubungan yang tepat dan penuh pengabdian dengan Allah.
Konsep berlimpahnya perjanjian ini terkait dengan konsep Islam mengenai wahyu yang progressif.
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS.2:106).
(Selanjutnya baca: QS.3:2-3, QS.3:23, QS.3:50, QS.3:93, QS.4:44, QS.4:160, QS.5:3, QS.5:15, QS.6:145-146, QS.10:37, QS.13:38-39, QS.16:101, QS.17:106, QS.25:32, QS.26:5, QS.76:23).
Oleh karena masing-masing nabi menerima perjanjiannya sendiri dengan Allah, maka wahyu Allah--seperti bagaimana cara terbaik untuk menyembah-Nya--diturunkan secara progressif selama satu periode evolusioner. Tidak seperti penataan-penataan-ulang kosmik yang diikuti oleh periode stagnasi pewahyuan yang lama yang diasumsikan oleh tradisi Yudeo-Kristen, Islam meneguhkan sebuah evolusi-bertahap dalam hubungan antara manusia dan Allah dan dalam penyembahan manusia kepada-Nya. Wahyu-wahyu sebelumnya bisa dan telah dimodifikasi, dielaborasi, dan di-nasakh-kan (baca: QS.2:106; 6:145-146; 13:38-39; 16:101). Kenyataannya, evolusi dan wahyu progressif semacam itu tidak hanya terjadi di antara para nabi, tetapi juga dalam pesan dan wahyu seorang nabi tertentu (baca: QS.17:106; 25:32; 76:23). Berkaitan dengan hal ini, kita perlu memerhatikan wahyu progressif dalam kehidupan Muhammad yang mengarahkan: Dari tidak ada larangan terhadap alkohol sampai larangan untuk mengonsumsi alkohol ketika hendak melakukan shalat fardu (QS.4:43), hingga larangan total untuk meminum alkohol (QS.5:90-91).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS.4:43).
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS.5:90-91).
Mengingat hal di atas, dapat dipahami bahwa Islam dimulai dengan Adam, yang secara bertahap berkembang melalui berbagai perjanjian dan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada para nabi secara berangsur-angsur, dan akhirnya mencapai puncaknya pada wahyu terakhir yang diturunkan kepada Muhammad. Dalam hal ini, pelbagai pertentangan antara perspektif Yudeo-Kristen dan Islam sangat dramatis. Perspektif Yudeo-Kristen hanya mengasumsikan beberapa tahapan evolusi keagamaan saja, yang masing-masing sangat berbeda dengan sebelumnya. Secara metaforik, kita bisa membandingkan perspektif Yudeo-Kristen dengan revolusi-revolusi drastis yang terjadi dalam tahap-tahap metamorfosis dari ulat menjadi kepompong, dan kemudian menjadi kupu-kupu. Masing-masing tahap secara fundamental tampaknya sangat berbeda dari tahapan sebelumnya. Sebaliknya, metafora bagi perspektif Islam adalah metafora mengenai kuncup dan mekarnya sekuntum bunga, di mana pesan Adam merepresentasikan kuncup pertama (baca: QS.2:37), dan pesan terakhir Muhammad merepresentasikan bunga yang benar-benar sudah mekar penuh (baca: QS.5:3). Namun demikian, bahkan dalam kuncup pertama pesan Adam, terdapat dua kebenaran fundamental yang tidak akan pernah di-nasakh-kan atau dimodifikasi, dan yang tetap menjadi inti dari pesan setiap nabi kemudian: (1) tidak ada tuhan selain Allah, Yang tidak memiliki sekutu, dan Allah harus disembah dan dipuja (QS.21:25), dan (2) menghindari kejahatan dan kemungkaran karena akan ada hari pembalasan (QS.4:164-165; 16:36).
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS.21:25)
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.4:164-165).
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS.16:36).
Peran Para Nabi
Agar bisa melakukan perbandingan yang tepat antara perspektif Yudeo-Kristen dan Islam, pembahasan mengenai peran para nabi ini dibatasi pada nabi-nabi yang diakui dengan kapasitas yang sama, baik oleh tradisi Yudeo-Kristen maupun Islam. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tradisi Yudeo-Kristen berpandangan bahwa para nabi ini diutus oleh Allah untuk menyeru bangsa Israel dan orang-orang Yahudi yang kembali pada kebiasaan buruk lama agar mereka kembali pada ajaran-ajaran Yahudi. Sebaliknya, perspektif Islam meneguhkan bahwa nabi-nabi ini merepresentasikan wahyu Islam yang progressif, dan diutus oleh Allah untuk mengembalikan umat manusia pada Islam. Namun demikian, banyak yang tidak mau mendengarkan para nabi ini, tidak menyesali perbuatan-perbuatan mereka, dan tidak kembali pada kepasrahan kepada Allah yang semestinya. Kemurtadan dan penyimpangan terjadi, dan akhirnya penyimpangan-penyimpangan ini sebagian ada yang dikodifikasikan dan diritualkan. Kodofikasi dan ritualisasi atas penyimpangan dari Islam semacam inilah yang merupakan asal-muasal Yahudi, salah satu dari dua kelompok Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen).
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.3:19).
(Selanjutnya baca: QS.5:12-13, QS.5:32, QS.5:42-44, QS.42:13-14, QS.45:16-17).
Ini digambarkan oleh penekanan Al-Qur'an atas orang-orang Yahudi yang mendistorsi dan menodai kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka.
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kami pun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?" Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS.2:75-79).
(Selanjutnya baca: QS.3:23-24, QS.3:71, QS.3:78, QS.3:187, QS.4:46, QS.5:12-13, QS.5:15, QS.5:41, QS.5:44, QS.6:91, QS.10:93, QS.11:110, QS.15:90, QS.41:45, QS.62:5).
Singkatnya, Yahudi baru muncul lama setelah Islam, dan dikodifikasikan sebagai sisa-sisa penyimpangan dari Islam. Sebagaimana diketahui, para nabi tersebut tidak diutus untuk menyeru manusia kembali pada Yahudi, tetapi diutus untuk mengembalikan umat manusia pada Islam dari Yahudi, dari bentuk-bentuk penyimpangan yang lain, dan dari kekufuran yang nyata.
Satu perbedaan penting lainnya antara perspektif Yudeo-Kristen dan Islam mengenai peran para nabi harus dijelaskan di sini. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, perspektif Yudeo-Kristen sering kali menggambarkan nabi-nabi Allah sebagai para pendosa yang melakukan kebiasaan buruk masa lalu, yang terlibat dalam perilaku yang benar-benar patut dicela. Sebaliknya, perspektif Islam menyatakan bahwa nabi-nabi ini adalah manusia bijak, saleh, dan memiliki watak moral yang mulia.
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS.3:161).
Yesus dan Asal-Muasal Agama Kristen
Islam meneguhkan kelahiran Isa--nama yang lebih populer di kalangan muslim--dari seorang perawan, tetapi memandang hal ini bukan sebagai sebuah tindakan berketurunan, tetapi sebagai sebuah penciptaan yang bersifat mukjizati, disebabkan oleh perintah dari firman Allah.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS.3:45-47).
(Selanjutnya baca: QS.3:59, QS.19:16-35, QS.112:1-4).
Namun demikian, berkaitan dengan kelahiran dari seorang perawan, asal-muasal Isa yang bersifat mukjizati dipandang sama dengan penciptaan Adam. Sebagaimana halnya Isa yang tanpa ayah, demikian juga Adam, yang diciptakan dari tanah (baca: QS.3:59; 6:2; 7:11-12; 15:26-33; 17:61; 18:50; 32:7; 38:71-76; 55:14), tanpa ayah dan ibu (baca: QS.3:59).
Islam meneguhkan bahwa Isa adalah seorang rasul Allah,
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS.4:171).
(Selanjutnya baca: QS.5:17, QS.5:75, QS.6:83-90, QS.43:57-59).
dan bahwa Isa adalah Juru Selamat atau Kristus.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS.3:45).
(Selanjutnya baca: QS.5:72, QS.5:75).
Namun demikian, Islam menyangkal penyaliban Isa,
dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa. (QS.4:157).
dan menyangkal ketuhanan Isa.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS.4:171).
(Selanjutnya baca: QS.5:72-75, QS.9:30, QS.43:57-59, QS.112:1-4).
Seperti para nabi Israel sebelum dia, pesan dan kerasulan Isa hanya terbatas pada sisa orang-orang Israel dan Yahudi,
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (QS.3:45-49).
Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS.61:6).
itupun berupa seruan untuk kembali kepada Islam dan kepada kepasrahan dan peribadatan kepada Allah Tuhan Yang Esa semata-mata. Patut dicatat bahwa sebagian dari pesan Isa adalah ramalan akan datangnya seorang nabi dan rasul, yang akan diberi nama Ahmad, yang merupakan variasi dari nama Muhammad.
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (QS.3:50-51).
Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS.61:6).
Isa bukan pendiri atau pencipta agama baru. Bahkan, ia juga bukan pencipta gerakan-keagamaan yang baru dalam agama Yahudi pada zamannya, melainkan seorang rasul yang diutus Allah untuk bangsa Israel. Sama halnya, upaya-upaya untuk mengaitkan Isa dengan mazhab pemikiran Yahudi tertentu--yang ini atau yang itu, baik Farisi, Eseni, atau lainnya--ditolak karena mereka mendistorsi kebenaran fundamental bahwa Isa adalah seorang nabi dan rasul Allah yang mengemban sebagian wahyu progressif Islam. Nyaris tidak perlu dikatakan lagi bahwa tidak ada komponen baru dalam pesan yang disampaikan Isa. Konsep Islam mengenai wahyu progressif mengamini adanya kemungkinan bahwa wahyu yang disampaikan kepada Isa mungkin sebagian telah mengubah, menambah, atau me-nasakh sebagian wahyu dari nabi-nabi sebelumnya.
Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah kita seharusnya memahami asal-muasal agama Kristen? Jawaban Islam adalah bahwa orang lain, Paulus Tarsus, segera mendistorsi pesan, kenabian, dan injil Isa tersebut. Kemungkinan besar, tidak ada seorang pun dari mereka yang mendistorsi pesan Isa merupakan saksi mata atas kehidupan dan kenabian Isa, dan tidak ada seorang pun yang benar-benar menjadi murid Isa. Injil Isa yang sebenarnya dan lengkap tidak ditemukan di mana pun dalam Perjan jian Baru kontemporer. Namun demikian, potongan-potongan dari Injil tersebut kemungkinan besar dipelihara oleh para pengarang "Kristen" berikutnya di pelbagai kitab dalam Perjanjian Baru, yang semuanya ditulis dua dasawarsa hingga satu abad setelah selesainya masa kenabian Isa, dan tidak ada satu pun yang agaknya dikarang oleh seseorang yang berhubungan langsung dengan kenabian Isa sesungguhnya. Fragmen-fragmen tambahan mengenai kenabian Isa mungkin dipelihara dalam bagian-bagian dari apa yang disebut kitab era Kristen.
Singkatnya, sebagaimana distorsi-distorsi atas wahyu-wahyu awal Allah kepada para nabi menghasilkan pembentukan agama Yahudi, demikian juga distorsi-distorsi atas pesan Isa menghasilkan pembentukan agama Kristen.
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim ya'ni siksaan hari yang pedih (kiamat). (QS.43:63-65).
(Selanjutnya baca: QS.5:14, QS.57:27).
Muhammad dan Wahyu Islam Terakhir
Muhammad tidak mendirikan atau menciptakan Islam. Islam juga tidak didirikan berdasarkan wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad.
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Qur'an, mereka beriman (pula) dengan Al Qur'an itu. Dan apabila dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan (nya)." (QS.28:52-53).
Muhammad adalah Penutup Para Nabi. Dialah nabi terakhir dalam jajaran nabi-nabi Allah.
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.33:40).
Mungkin dinyatakan bahwa orang-orang Barat dan para penganut perspektif Yudeo-Kristen sering kali menisbahkan signifikansi hierarkis dengan gelar "Penutup Para Nabi", meskipun kaum muslim mengklaim bahwa Muhammad adalah nabi terbesar dan terbaik di antara nabi-nabi Allah. Tipe pemikiran ini sebenarnya bertentangan dengan Islam, dan secara khusus dilarang oleh Al-Qur'an, yang menyatakan bahwa kaum muslim seharusnya tidak melakukan pembedaan-pembedaan hierarkis di antara nabi-nabi Allah.
Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS.2:136).
(Selanjutnya baca: QS.2:253, QS.2:285, QS.3:84, QS.4:150-152).
Seperti semua nabi sebelumnya, Muhammad tidak memiliki sifat ketuhanan. Ia hanya seorang manusia biasa yang dikaruniai wahyu dari Allah.
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS.3:144).
(Selanjutnya baca: QS.17:93, QS.18:110).
Namun demikian, melalui wahyu progressif yang diberikan kepada Muhammad itulah Islam disempurnakan dan dilengkapi. Wahyu ini me-nasakh, mengelaborasi, dan mengubah sebagian wahyu-wahyu yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, yang kemudian diingat dan dituliskan oleh para sahabat awal Muhammad, dan dikenal sebagai Al-Qur'an. Karenanya, Islam menemukan evolusi akhirnya, bukan asal kejadiannya, dalam pesan Muhammad.
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridlai Islam itu menjadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.5:3).
Lebih lanjut, sebagai Penutup Para Nabi, Muhammad adalah nabi "internasional". Muhammad menyampaikan pesan Allah bukan hanya kepada umatnya sendiri, apakah yang didefinisikan sebagai orang-orang Mekah, para anggota suku Quraisy, atau orang-orang Arab, tetapi juga kepada masyarakat dunia pada umumnya.
Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.(QS.38:86-87).
Ikhtisar
Perspektif Islam meneguhkan evolusi berurutan dari Islam, Yahudi, dan Kristen. Islam dimulai dengan Adam. Ia berkembang sesuai dengan wahyu-wahyu progressif yang diberikan Allah kepada para nabi-Nya. Evolusi Islam ini menemukan titik-puncak kesempurnaannya dalam wahyu terakhir Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad.
Sejak semula, di antara keturunan Nabi Yakub, pelbagai distorsi atas pesan dasar Islam dikodifikasikan dan diritualisasikan, yang akhirnya memunculkan agama Yahudi. Nabi-nabi sebelumnya untuk bangsa Israel terus-menerus memberi peringatan kepada bangsa Israel dan orang-orang Yahudi untuk kembali kepada Islam, dan untuk meninggalkan penyimpangan-penyimpangan mereka, termasuk Yahudi dan kekufuran mereka. Di antara nabi-nabi tersebut, yang kenabiannya terbatas untuk bangsa Israel dan umat Yahudi, adalah Isa (Yesus sang Juru Selamat atau Kristus, dan putra Maryam sang Perawan).
Namun demikian, pesan dan kenabian Isa juga didistorsi, sehingga memunculkan konsep-konsep seperti putra Tuhan, penyaliban, dan konsep Tuhan trinitarian. Distorsi atas pesan Isa ini oleh Paulus Tarsus dan lainnya dikodifikasi sebagai agama Kristen. Ikhtisar singkat ini disuguhkan secara grafis dalam tabel di bawah ini.
TABEL: PERSPEKTIF ISLAM
Asal-Muasal Yahudi, Kristen, dan Islam: Perspektif Islam
Wasallam