Islam di Kamerun, Mengurai Kebersamaan dalam Persatuan

By Republika Newsroom

Islam di Kamerun, Mengurai Kebersamaan dalam PersatuanAspek pendidikan merupakan salah satu solusi dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

Dunia pernah dibuat kagum oleh para pesepak bola asal Kamerun. Salah satunya adalah aksi brilian striker Kamerun, Roger Milla, kala menumbangkan tim kuat Argentina pada laga pembuka Piala Dunia 1990 di Italia. Itulah momen ketika nama Kamerun segera menjadi topik pembicaraan hangat di seantero jagat.

Hingga kini, negara yang terletak di sub-Sahara Afrika itu tetap mampu mempertahankan tradisi sepak bola andalnya. Pemain-pemain Kamerun telah berkiprah di liga-liga terbaik dunia sekaligus mengharumkan nama Kamerun. Selain Roger Milla, pemain asal Kamerun lainnya yang kini sangat populer adalah Samuel Eto'o, mantan pemain Barcelona yang kini bermain di klub Inter Milan, Italia. Eto'o pernah menjadi top skor La Liga (Spanyol) saat memperkuat Barcelona.

Sesungguhnya, bukan hanya dari kancah sepak bola saja yang membuat Kamerun dikenal dunia. Sejak lama, negara tersebut diakui sebagai contoh terbaik perwujudan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di benua Afrika.

Ya, berbeda dengan negara-negara tetangga mereka, sejauh ini Kamerun sangat jarang terdengar munculnya konflik komunal yang diakibatkan perbedaan keyakinan agama. Masyarakat Kamerun justru dapat memelihara sikap saling menghargai satu sama lain.

Pujian pun datang dari mana-mana. Salah satunya dari Paus Benediktus XVI. Pemimpin umat Nasrani ini bahkan menjadikan Kamerun sebagai awal lawatannya ke benua Afrika, medio Maret 2009.

Dalam kesempatan itu, Paus menyempatkan diri untuk bertemu dengan sejumlah tokoh Islam di sana. Ketika itu, secara khusus Paus memberikan apresiasi dan penghargaan pada peran umat Islam dalam menjaga kerukunan beragama.

Paus lantas mengatakan, Islam adalah salah satu agama yang menjadi dasar peradaban manusia. Oleh sebab itu, dia meminta umat Islam dan Nasrani di Kamerun dapat meneruskan contoh kerukunan tadi kepada negara-negara Afrika lainnya.

''Saya berharap, umat Islam dan Nasrani di Kamerun untuk dapat selalu bekerja sama dalam upaya membangun peradaban cinta,'' ujar Paus dalam pertemuan di Ounde, Kamerun. Berdasarkan data, jumlah umat Muslim di Kamerun saat ini sekitar 22 persen dari populasi sebanyak 17,2 juta jiwa. Adapun penganut Katolik dan Animisme masing-masing berjumlah 27 persen dan 18 persen lagi merupakan penganut Protestan.

Lebih jauh, Paus mengharapkan umat beragama di Kamerun dapat terus mempertahankan situasi rukun dan damai, sekaligus menghindari konflik antaragama. ''Kita ingin melihat kehidupan umat beragama di negara ini bisa menjadi panutan bagi negara-negara lain di kawasan dalam rangka mewujudkan komitmen terhadap keadilan, perdamaian, dan kebaikan bersama,'' tegasnya.

Seperti disebutkan David Grim, peneliti senior bidang agama dan kerja sama internasional di Pew Forum in Religion and Public Life, kedua agama (Islam dan Nasrani) sedang mengalami pertumbuhan pesat di Afrika.

Dulu, hanya satu dari 10 orang di sub-Sahara Afrika adalah penganut Nasrani. Kini, jumlahnya hampir enam dari 10 orang. ''Begitu pula umat Islam, jika pada awal abad 20 jumlahnya baru sekitar 14 persen dari populasi, saat ini sudah mencakup 20-30 persen,'' tegasnya.

Maka itu, sangatlah penting agar setiap pemeluk agama dapat memelihara toleransi di antara mereka. ''Sejauh ini, Kamerun telah berhasil memenuhi harapan itu,'' paparnya bangga.

Hal ini dipertegas oleh Krisztof Zielenda, direktur Institut Saint Joseph Mukasa Institute, Yoaunde. Dia melihat, selama ini umat beragama di Kamerun dapat hidup berdampingan secara damai dan penuh harmoni.

Menurutnya, selain sikap toleransi yang memang telah tertanam sejak lama, situasi kondusif itu juga ditopang oleh kebijakan pemerintah yang dirasakan sangat akomodatif, termasuk telah tercantum dalam undang-undang negara. ''Kerja sama antaragama terpelihara dengan baik. Ini antara lain karena pemerintah amat memberikan perhatian,'' papar Zielanda.

Dia lantas mencontohkan, pada tahun 2004, pernah hampir terjadi gesekan antara pemuda Islam dan Nasrani di wilayah utara. Akan tetapi, segera seluruh pejabat pemerintah turun tangan meredam gejolak tersebut yang pada akhirnya mampu mendamaikan kedua pihak.

''Saat itu, para tokoh agama, baik Islam, Katolik, maupun Protestan, dipertemukan dan difasilitasi pemerintah. Di situ, kita sepakat untuk turun ke masyarakat dan menyosialisasikan pesan-pesan damai dalam agama,'' terangnya.

Meningkatkan taraf hidup

Kondisi damai memang tercipta. Meski demikian, bukan berarti kewajiban umat Islam telah selesai. Masih ada tugas lain yang lebih berat, yakni bagaimana meningkatkan taraf kehidupan agar menjadi lebih baik, khususnya dalam distribusi kesejahteraan.

Bukan rahasia lagi, negara berpenduduk sekitar 16 juta jiwa itu masih menghadapi tantangan untuk dapat keluar dari masalah kemiskinan yang menimpa sebagian warganya. Hal itu telah berlangsung lama, dimulai oleh praktik eksploitasi sumber daya manusia dan alam oleh kaum kolonial di masa lalu.

Bahkan, hingga kemerdekaan penuh diraih tahun 1973, negara di kawasan barat Afrika itu masih harus berjuang keras mengatasi problem itu. Dibanding negara lainnya di kawasan tersebut, Kamerun tergolong negara dengan sumber daya alam melimpah.

Tak terkecuali dengan umat Muslim. Mereka kebanyakan tinggal di kawasan utara dan sebagian hidup kekurangan. Akan tetapi, umat senantiasa berupaya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan tersebut.
Selain aspek ekonomi, salah satu yang kini terus dikembangkan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas bidang pendidikan. Ini mengingat telah muncul kesadaran bahwa di antara penyebab maraknya kemiskinan adalah kurangnya tingkat pendidikan, baik umum maupun agama, di kalangan umat selama ini.

Lembaga keislaman
Oleh karena itu, di beberapa wilayah mayoritas Muslim, mulai dibangun sejumlah masjid dan sekolah. Program ini telah dimulai sejak tahun lalu dan mendapat sambutan luas segenap umat Muslim.

Adalah sebuah lembaga bernama Humanitarian Relief Foundation yang mensponsori program itu. Belum lama ini, sebuah masjid berlantai tiga telah diresmikan di distrik Pakakatorz, Kota Duala. Pembangunan masjid ini juga didanai oleh Osman Gazi Municipality.

Selain untuk tempat ibadah, masjid ini juga dapat difungsikan untuk beragam kegiatan, misalnya pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. ''Ini adalah salah satu upaya meningkatkan kualitas kehidupan umat. Semoga lebih banyak masjid dan sekolah lagi yang dapat dibangun,'' tegas Durmus Aydin, direktur Relief Foundation, saat acara peresmian. berbagai sumber ed : sya

Syiar Islam Sejak Abad X
Agama Islam pertama kali masuk ke kawasan utara Kamerun pada abad ke-10 yang dibawa oleh para pedagang dari jazirah Arab melalui Sahara. Mereka berdagang berbagai barang keperluang harian, emas, perunggu, garam, tembaga, dan lain sebagainya.

Di samping berniaga, para pedagang ini sekaligus mendakwahkan Islam pada penduduk pribumi dan dalam waktu singkat telah mendapatkan sambutan luas. Islam pun tumbuh pesat dan akhirnya menguasai wilayah bagian utara dan tengah.

Islam mulai meraih kejayaan ketika Kerajaan Kanem Bornu di dekat Danau Chad yang dipimpin oleh Dinasti Saifawa (Sefuwa), yaitu Raja Dunama Dibbalemi, masuk Islam tahun 1221. Dinasti ini memerintah sampai dengan tahun 1251. Islam di Afrika Tengah mulai menyebar, mulai dari Chad, Nigeria, Niger, hingga Kamerun.

Pengaruh Kanem Bornu di Kamerun berlanjut hingga abad ke-15. Namun, agama Islam baru menjadi kekuatan penuh di bagian utara saat suku Fulani (Fulbe) berkuasa pada abad ke-18. Mereka lantas mendirikan Kerajaan Adamawa (Adamawa Emirate) yang meliputi Kamerun dan Nigeria.

Suku Fulani dikenal sebagai salah satu suku unggulan di Afrika dan gigih menyebarkan agama Islam di kawasan itu. Sebelumnya, suku ini melakukan ekspansi ke Kerajaan Bamoun di abad ke-17 yang didirikan oleh Nshare Yen dan Kerajaan Bamoun menerima Islam secara utuh pada tahun 1833 ketika Sultan Njoya Ibrahima berkuasa.

Agama Nasrani baru berkembang pada abad ke-19. Dimulai oleh kedatangan orang Barat pertama, yakni Fenando Po dari Portugis, pada tahun 1472. Dinamakan Kamerun karena orang Portugis ini melihat banyak udang di perairan di sana sehingga mereka menamakan Rio des Cameroes (The Prawn River)

Di bawah kekuasaan bangsa Barat inilah, agama Nasrani disebarluaskan ke seluruh negeri. Dengan dukungan kebijakan kaum kolonial dan dana yang memadai, agama ini kian berkembang dan menjangkau penduduk lebih luas.
Faktor inilah yang menyebabkan agama Nasrani tumbuh menjadi mayoritas, kendati secara awal kedatangan, Islam-lah yang lebih dahulu tiba. Sedangkan, agama Islam tetap 'menguasai' kawasan utara dan tengah hingga saat ini.

Presiden Muslim
Peran umat Islam dalam percaturan perpolitikan dan sosial tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Ini misalnya ditunjukkan dengan tampilnya El Haji Ahmadou Babatoura Ahijo sebagai presiden pertama setelah negara itu memperoleh kemerdekaan pada 1 Januari 1960. Ahmadou Ahijo bahkan dinobatkan sebagai Bapak Kemerdekaan Kamerun.

Dia adalah pejuang Muslim sejati yang berasal dari suku Fulani. Pria kelahiran 1924 ini membawa negara seluas 475 ribu km persegi itu pada gerbang kemerdekaan ketika partainya, l'Union Camerounaise, berhasil menguasai parlemen pada tahun 1958.

Ada dua hal penting yang patut dicatat selama pemerintahan Ahijo ini. Pertama, mampu mempersatukan dua daerah yang bersengketa, daerah utara berbasis koloni Inggris dan daerah selatan berbasis koloni Prancis.  Kedua adalah pemerintahan ini berhasil memajukan sektor pertanian dan industri.

Presiden Ahijo mengundurkan diri dari jabatannya pada 6 November 1982 karena alasan kesehatan. Selanjutnya, ia digantikan Paul Biya. Pemimpin karismatik ini wafat di Dakar, Senegal, pada 30 November 1989. yusuf/taq

Biodata

Nama: Kamerun
Ibu Kota: Yaounde
Bahasa: Prancis dan Inggris
Penduduk: 17,2 juta jiwa
Agama: Islam (22 persen), Katolik (27 persen), Protestan (18 persen)