By Republika Newsroom
JAKARTA--Baik Muhammadiyah maupun NU bersyukur perayaan Idul Adha mendatang akan jatuh pada tanggal yang sama yakni 27 November. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, pihaknya sangat bersyukur akhirnya Muhammadiyah, NU maupun pemerintah memutuskan hari Raya Idul Adha pada hari yang sama. “Kami bersyukur bisa merayakan Idul Adha pada hari yang sama,” katanya di Jakarta, Rabu, (18/11).
Namun, ujar Yunahar, masalah bisa terjadi seandainya Saudi Arabia melaksanakan Idul Adha pada hari yang berbeda. Pasalnya masyarakat awam sering kebingungan dalam melaksanakan ibadah puasa Arafah sebelum Idul Adha. “Masyarakat sering berpatokan terhadap Saudi Arabia saat melaksanakan ibadah puasa Arafah. Padahal menurut waktu di Indonesia puasa Arafah seharusnya dilaksanakan pada tanggal 26 November yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijah. Oleh karena itu, kami menyarankan supaya masyarakat menggunakan patokan waktu Indonesia dalam puasa Arafah. Sebab mereka tinggal di indonesia,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Ketua NU Masykuri Abdillah mengatakan, pihaknya juga bersyukur karena bisa melaksanakan Hari Raya Idul Adha pada hari yang sama. “ Dengan demikian maka ormas-ormas Islam dan pemerintah tampak bersatu. Meskipun jika perayaan Hari Raya Idul Adha yang berbeda itu juga bukanlah hal yang buruk. Sebab setiap pihak pasti memiliki prinsip masing-masing,” katanya.
Namun, ujar Masykuri, pihaknya selalu berusaha menjaga berbagai macam persamaan. Sebab semakin banyak persamaan itu semakin baik. “Namun ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat ini. Karena terdapat sejumlah gerakan yang mengkafirkan orang-orang yang memiliki sejumlah prinsip yang berbeda. Padahal prinsip tersebut sebenarnya tidak begitu penting,” ujarnya. dya/taq