REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bulir air mata menyusuri pipi Israel Ponty Moletsane. Ia membiarkannya begitu saja. Tak ada upaya untuk mengusapnya.
Ia tak bisa menahan haru berada di hadapan Ka'bah. Ini pengalaman pertamanya dan membuatnya sangat terkesan. Emosinya terguncang hingga air matanya tak tertahankan. Moletsane mengungkapkan, perjalananya ke Arab Saudi untuk berhaji pada tahun ini sejak awal telah melahirkan beragam ketakjuban. Apalagi, saat matanya terpaku pada Ka'bah.
"Semoga Allah menerima haji saya. Semoga Allah juga melindungi semua orang yang membantu saya menempuh perjalanan menemukan agama yang benar ini," ungkapnya.
Lelaki berusia 29 tahun dari Johannesburg, Afrika Selatan ini adalah mualaf. Tahun lalu, ia memutuskan menanggalkan keyakinan Katoliknya dan beralih ke Islam. Pada tahun ini, kata Moletsane, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Inilah yang menjadi pangkal kian bertambahnya ketakjuban dan pengalaman rohaninya.
Perjalanan yang ditempuh Moletsane hingga akhirnya memeluk Islam cukup panjang. Selama lima tahun ia diselubungi teka-teki tentang keyakinan agama. Ia berkenalan dengan Islam saat ia bekerja di radio Channel Islam International, Johannesburg. Dan, semua pertanyaannya soal keyakinan agama terjawab setelah ia membaca Alquran.
Menurut Moletsane, ia awalnya beragama Katolik. Ia pun mempelajari segalanya dalam satu waktu. "Saya selalu melakukan perbandingan. Saat saya menemukan kontradiksi dalam kitab suci, saya terdorong untuk mempelajari lebih jauh tentang Alquran dan Islam," katanya seperti dikutip Arab News.
Pada akhirnya, ungkap dia, ia memutuskan menerima Islam. Namun, ia belum cukup berani mengungkapkannya di muka umum. Ada satu peristiwa pada tahun lalu yang akhirnya ia justru melakukan hal sebaliknya, yakni saat Channel Islam International mengirimkan Maulana Moosa Akoodie, penyiar cendekiawan, untuk meliput haji.
Saat itu, Moletsane dan satu rekannya menyiarkan liputan Akoodie yang sedang berada di Arafah. Ia meminta Akoodie mendoakannya. "Saya pikir ini adalah hal personal. Tapi, Akoodie menyebut nama saya dalam doanya saat siaran langsung itu," ujarnya.
Pada saat bersamaan, ratusan pendengar sedang menyimak siaran tersebut. "Saya terdorong suasana itu dan tiba-tiba saya menemukan semua keberanian untuk mengekspresikan apa yang telah saya yakini dalam hati. Satu jam atau setelah itu saya mengucapkan syahadat secara on air," tuturnya.
Di Arafah, melalui sambungan telepon, Akoodie mendengar pengucapan syahadat yang dilakukan Moletsane. Lalu, ucapan selamat pun berdatangan. Di antara ucapan itu berasal dari Yaqoob Vahed dari Al-Imdaad Foundation. Vahed dalam teleponnya mengatakan akan mensponsori perjalanan hajinya yang dilakukan pada tahun ini. "Begitulah hingga akhirnya sekarang ada di Tanah Suci," ujarnya.
Ia juga melaporkan perjalanan hajinya untuk Channel Islam International. Menurut Moletsane, bagi seorang yang baru masuk Islam, perjalanan ke Tanah Suci melahirkan kekaguman dan ketakjuban. Apalagi saat menatap Ka'bah. "Ketika menatap Ka'bah, saya dapat merasakan kehadiran Allah. Sebuah perasaan yang tak bisa digambarkan," tambahnya.
Sejumlah kejutan Moletsane temukan di Tanah Suci. Termasuk pengalamannya di Madinah. Ia tiba pada 18 Oktober lalu. Ia menemukan komunitas yang hidup berdampingan dalam ketulusan. Suatu hari, ia secara tak sengaja meninggalkan telepon selulernya di sebuah toko.
Hari berikutnya, ia menyadarinya dan kembali ke toko itu. Moletsane menemukan teleponnya dan si pemilik toko menyerahkan telepon itu kepadanya. Ia mengatakan, hal ini menunjukkan persaudaraan. Ia mengungkapkan, banyak warga Afrika Selatan dan orang tuanya sendiri memiliki persepsi yang salah tentang Islam.
Penyiar Channel Islam International, Ebrahim Moosa, mengatakan, laporan-laporan yang disampaikan Moletsane disimak oleh banyak pendengar di negara-negara stasiun radio ini dikenal.
Red: Budi Raharjo
Rep: Ferry Kisihandi