Tiga dari Empat Mualaf Inggris Ternyata Kaum Perempuan...Ini Alasan Mereka Memilih Islam

image

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Tiga perempat dari mualaf Inggris adalah perempuan. Richard Peppiatt dari Independent telah menemukan bahwa dari 5.200 warga Inggris yang masuk Islam pada tahun 2010, lebih dari 50 persennya adalah warga kulit putih dan tiga perempat dari mereka adalah perempuan.

Selain itu, peneliti yang berbasis di Swansea University  juga menemukan bahwa dari 40 ribu orang di Inggris masuk Islam dalam 10 tahun terakhir, dan mayoritas adalah perempuan.

Temuan ini hampir senada dengan Faith Matters, yang menyebut 53 persen dari mualaf Inggris kulit putih adalah perempuan. Angkanya meningkat 66 persen pada kurun 2002-2010 dibanding dengan rentang waktu yang sama sebelum 2001.

Umumnya, para mualaf ini terbentur dengan problem sehari-hari, untuk mengintegrasikan keyakinan mereka yang baru dalam batas-batas yang lebih luas dari masyarakat, di mana mereka sering dianggap sebagai orang luar, meskipun berlatar belakang Barat. Sebuah studi baru-baru ini di Leicester menemukan fakta mengejutkan bahwa 93 persen masjid memerlukan layanan untuk mualaf, tetapi hanya 7 persen dari mereka yang bisa memenuhi kebutuhan ini.

Kevin Brice, yang melakukan penelitian yang luas dalam perkembangan sosiologis mualaf, berbicara kepada The Outlook tentang beberapa alasan mengapa wanita masuk Islam. "Islam menawarkan wanita rasa perlindungan dan identitas - ini mungkin terdengar kontra-intuitif diberikan cara Islam biasanya digambarkan di media - tetapi beberapa wanita menemukan pakaian sederhana yang dibutuhkan oleh Islam ini bersifat 'membebaskan'," katanya.
Islam, katanya, juga dipandang sebagai lebih mendukung nilai-nilai keluarga 'kuno', dan perempuan memiliki peran yang jelas dalam keluarga.

Banyak mualaf yang mulai menemukan Islam dari keresahan mereka dengan alkohol dan mabuk-mabukan, kurangnya moralitas dan kebebasan seksual, dan konsumerisme, semua yang dilihat sebagai lazim dalam masyarakat Inggris. "Islam menawarkan mereka sebuah pendekatan yang berbeda," tambahnya.

Brice juga berbicara tentang sejumlah kesalahpahaman yang berhubungan dengan mualaf.  "Pertama, penting untuk mengenali bahwa mayoritas mualaf telah dikonversi melalui pilihan bebas dan melihat diri mereka tetap sebagai orang Inggris dan Muslim. Mengkonversi tidak mewakili tudingan licik bahwa mereka bertekad untuk mengganggu cara hidup Barat," katanya.

Redaktur: Siwi Tri Puji B

Sumber: Telegraph