Steven Eric Krauss; Terpikat Kesempurnaan Islam (Bag 2)

image

Awalnya, dia merasa asing dengan agama Islam. Apalagi ketika itu dia masih menganut paham liberal dan tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang bersifat dogmatis. Namun, lama-kelamaan, hal yang dianggap sebagai dogma dalam ajaran Islam itu ternyata merupakan sebuah kepasrahan kepada Allah. Sebuah cara hidup yang dijalankan oleh para pemeluknya.

Butuh waktu satu setengah tahun, atau tepatnya pada 30 Juli 1999, Steven bersyahadat. Dia kemudian mengambil nama Islam, Abdul-Lateef Abdullah. Dia sadar bahwa budaya Amerika kemudian datang menjadi tantangan. Kebudayaan negara Adi Daya itu sangat mengakomodasi nafsu-nafus duniawiah.

Di Amerika, kebahagiaan itu tidak jauh dari konsumsi dan apa yang sudah dipunyai secara materi. Sistem pasar adalah tolak ukur masyarakat Amerika. Akan tetapi Islam justru memfokuskan pada cara hidup yang sehat dan positif. Islam sebenarnya bisa menjadi jawaban bagi permasalahan sosial. Hal inilah yang membedakan Islam dengan agama yang lain.

‘’Islam juga memberikan pengetahuan, penjelasan, dan tuntunan dari setiap aspek kehidupan (fisik, spiritual, mental, finansial, dan sebagainya). Hanya Islam yang memberikan tujuan hidup yang jelas,’’ papar Abdul-Lateef Abdullah.

Sejak menjadi seorang Muslim,  ia akhirnya sadar bahwa Islam benar-benar bisa menjadi pegangan dalam kehidupan. Apapun yang dikerjakan pemeluknya adalah merupakan cara untuk selalu mengingat Allah. Cara hidup Islam memungkinkan pemeluknya untuk tetap melakukan itu setiap saat, mulai dari bangun tidur hingga kembali lagi ke peraduan.

Dengan mengingat Allah, maka umat Muslim mampu menghindarkan diri dari segala macam tindakan dan perilaku yang kurang sehat dan cenderung tidak berguna. Mereka sangat fokus pada energi yang diberikan oleh Allah. ‘’Dengan mengingat Allah kita menjadi semakin kuat dan sehat di setiap aspek kehidupan kita dan kita akan terhindar dari pikiran dan perilaku yang tidak baik,’’ ucap Abdul Lateef.

Sama halnya dengan pengalaman mualaf yang lain, ia mengaku harus menyesuaikan hidupnya dengan cara hidup Islam. Ia bersyukur, diberi kemudahan untuk mengatasi itu semua itu. Sehingga, Abdul Lateef tetap  bisa hidup di antara masyarakat Amerika yang lain, namun tetap memegang teguh ajaran Islam.

Begitu pula dengan keluarganya. Ketika pertama kali diberitahu tentang keputusannya masuk Islam, keluarga dan teman-teman dekatnya mulai menanyakan banyak hal dan sangat khawatir dengan kehidupannya. Akan tetapi, mereka justru tidak memandang keputusan itu sebagai sesuatu yang negatif. Dengan penjelasan yang panjang dan mendalam, akhirnya mereka bisa mengerti.

Ia benar-benar terpikat dengan kebenaran dan kesempurnaan agama Islam REPUBLIKA.CO.ID,

Redaktur: Heri Ruslan