Najaah Arij: Hidup Berliku yang Berakhir Syahadat

Mualaf tengah membaca literatur Islam/ilustrasi

Hidup Najaah Arij begitu berliku. Ia dibesarkan kakek dan neneknya. Hal yang membuat ia akhirnya tahu, orang tuanya tidak menginginkan keberadaannya.

Arij hanya bisa memahami, banyak orang mungkin tidak menginginkan kehadirannya. Tapi pemilik kehidupan dan alam semesta punya rencana untuknya.

Rencana itu termasuk pernikahannya dengan seorang kulit hitam. Arij pun tak membiarkan pandangan rasis menghalanginya untuk menikahi seorang yang pantas menjadi suaminya.

Belum selesai masalah itu, ia mengalami kecelakaan yang membuatnya harus dirawat. "Aku terluka parah," ungkap dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (10/4).

Kecelakaan itu membuatnya harus dirawat. Sayang, ia tidak memiliki dana yang cukup untuk biaya pengobatannya. Asuransi kesehatannya tidak cukup menutupi. "Jadi, aku tidak menjalani pengobatan sama sekali. Padahal kakiku patah, bahu dan sikuku terluka," kata dia.

Tak ada bantuan, tak ada yang menolong membuat Ariji meminta bantuan pengacara. Ia ingin menuntut gereja. Suatu hari, ia menemukan pengacara yang akhirnya mau membantunya menuntut gereja.

"Pengacara itu berasal dari Arab Saudi, ia mau menerima kasus saya,  tapi dengan catatan tidak ada pernyataan buruk soal gereja," kata dia.

Permintaan itu membuat Arij tertegun. Dalam hati dan pikirannya, muncul pertanyaan. Mengapa seorang pengacara yang bukan Kristen justru tak ingin mencela gereja. Padahal sangat jelas, ada ketidakpedulian gereja terhadap masalah yang dihadapinya.

"Pada akhirnya aku tahu, dia seorang Muslim. Aku tidak tahu apa-apa soal Islam," kata dia.

Berjalannya waktu, masalah Arij dan gereja selesai dengan baik. Arij pun kian kagum dengan cara dan pendekatan yang dilakukan pengacara itu. Ia pun tertarik dengan agama yang dianut sang pengacara.

Sejak itu, Arij mulai membaca literatur tentang Islam. Setelah berbulan-bulan, Ariji pada satu momentum, ia mengucapkan dua kalimat syahadat.  "Aku merasa apa yang dialaminya merupakan cobaan besar, yang menuntunya pada Allah," kata dia.

"Aku mencintai Islam lebih dari apa pun. Alhamdulillah, aku berterima kasih kepada Allah yang telah mengirimkan saya pengacara, orang-orang yang mengajari saya tentang Islam," ucap dia. REPUBLIKA.CO.ID