Sumayyah Mehan: Temukan Tuhan di Alquran

MualafMasih tergambar jelas dalam benak Sumayyah Mehan, seorang penulis lepas  yang akhirnya memutuskan menjadi mualaf diusianya yang masih muda. Saat itu, minggu pertama di bulan Desember tahun 1992.

Setelah ujian semester, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi itu tengah bersuka cita menyambut libur Natal yang tinggal menghitung hari. Bersama teman sekamarnya ia mempersiapkan beberapa kado untuk Natal.

Di malam Natal, ia meletakkan kado yang telah disiapkannya di bawah pohon natal, tiba-tiba muncul sebuah pertanyaan dalam dirinya. “Jika Tuhan itu baik, lalu untuk apa Dia mengutus anaknya, Yesus untuk disalib?," tanya dia seperti dilansir onislam.net, (20/8).

Pertanyaan itu membuatnya menghela napas panjang. Kemudian ia kembali ke kamarnya dan mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. Dalam benaknya ia mempertanyakan sebuah keyakinan yang selama ini diyakininya.

“Saya tahu tentang agama Kristen dan bertanya pada diri sendiri apakah saya benar-benar percaya apa yang saya tahu. Apa yang saya pelajari adalah bahwa saya tidak tahu banyak tentang agama saya, dan apa yang aku tahu aku mempertanyakan,” kenangnya.

Seperti bayi lainnya, orang tua Mehan membaptis dirinya menjadi seorang kristiani. Namun, kedua orang tuanya bukanlah kristiani yang taat. Mereka datang ke gereja hanya beberapa kali. Satu-satunya waktu bersama ke gereja itu selama liburan. Akibatnya, ia selalu merasa kesepian dan tidak merasakan Tuhan hidup dalam dirinya. Ia tahu, yang harus dilakukannya, mencari Tuhan.

Liburan musim dingin segera berakhir. Ia kembali ke kampusnya untuk menyelesaikan studinya sebelum liburan musim panas datang. Saat itu, ia berencana untuk mendalami agama yang diyakininya. Minggu berikutnya ia menghadiri misa Katolik di sebuah gereja dekat kampusnya. Selama pelayanan, ia menjaga sikapnya. Namun selama pelayanan ia merasa lucu dengan ritual yang dijalaninya.

“Saya melihat di sekitar saya dan semua orang memiliki penampilan serius di wajah mereka dan kepala mereka tertunduk.”
Baginya, khutbah yang di sampaikan pastur terdengar konyol. Ia merasa seperti seorang anak yang sedang ditakut-takuti oleh ayahnya.

Selama berbulan-bulan ia mengunjungi gereja-gereja untuk mencari Tuhan yang selama ini diyakininya. Selama pencarinnya, ia merasakan kekosongan dihatinya. Hingga akhirnya ia depresi dan mulai mempertanyakan apakah dirinya kini menjadi seorang ateis.

Setahun kemudian, saya mulai menemukan cahaya Allah. Tahun 1993 ia bertemu dengan seorang pria Muslim yang bernama Abid. Saat itu ia tahu sedikit tentang Islam dari tempatnya menimba ilmu. Pertanyaan pertama yang ditanyakannya pada Abid, tentang perlakuan Islam pada wanita. Penjelasan Abid tentang perempuan dalam Islam membuatnya tertarik lebih dalam mempelajari Islam.

Dari Abid, ia banyak mempelajari Islam. Ia tak menyangka telah mengenal Nabi Muhammad SAW dari sejarah dunia. Padahal ia sangat skeptis dengan Islam karena melihat berbagai pemberitaan di Media.

Banyak hal yang diperdebatkan keduanya tentang Islam dan Kristen. Pernah satu waktu Abid menantang Mehan untuk mencari tafsir Alquran dan membacanya. Tantangan ini yang akhirnya membuat hidup Mehan berubah drastis.
Tafsir Alquran pertama yang dibacanya surat Al-ahqaaf :15  yang berbunyi “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu dan bapaknya”

Ia tertegun setelah membaca surat ke 46 dalam Alquran. Ia kemudian membaca semua tafsirnnya selama berhari-hari. Ia tak menyangka, dalam Alquran terdapat kisah-kisah Musa, Nuh hingga Yesus dan Maria. Bahkan Alquran banyak menceritakan detail semua peristiwa yang lebih lengkap dibanding Alkitab.

Ada rasa yang membuncah dalam benakknya sat membaca setiap tafsir Alquran. Ia merasa telah menemukan Tuhan yang hilang dalam dirinya. Namun, pencariannya terhenti karena harus menyelesaikan sekolah dan masalah dengan keluarganya. Sejak Abid pulang ke Kuwait, ia kehilangan guru yang memperkenalkan Islam padanya.

Meski Abid telah kembali ke Kuwait, keduanya tetap saling berhubungan. Hingga akhirnya pada tahun 1995, Abid melamar Mehan yang kala itu masih beragama Kristen. Lamaran pun tak ditolak Mehan. Ia berkomitmen untuk mempelajari Islam sebagai agama baru yang akan diamutnya.

Setelah menikah, bersama Abid, ia pindah ke Kuwait dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Usai bersyahadat, ia menangis tak henti-hentinya karna bersyukur kepada Allah. Perjalananannya mengenal Islam tak berhenti sampai disana.

Sebagai seorang mualaf, pengetahuan tentang Islam yang dimilikinya sangat terbatas. Bersama keluarga barunya, ia cukup mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Pasalnya, tak seorang pun berbicara dengan bahasa Inggris untuk mengajari agama.

Selama menjadi Muslim, ia merasa gagal karena berbeda bahasa . Saat itu, masih jarang buku-buku Islam yang berbahasa Inggris. Ia sangat kecewa pada dirinya yang menjadi Muslim tapi tidak mengetahui banyak tentang Islam. Meski sudah beragama Islam, ia merasa jauh dari Islam. Namun, untuk kesekian kalinya, Allah menarik Mehan untuk kembali pada keyakinannya.

Suatu hari di tahun 1999 ia tengah mondar-mandir di depan apartemennya karena gelisah. Tiba-tiba teleponnya berdering dan membuatnya terhenyak. Telepon tersebut berasal dari kakaknya yang mengabarkan neneknya meninggal. Meninggalnya nenek akibat dibunuh seorang pekerja yang telah bekerja selama 15 tahun.

Baginya, nenek adalah orang yang paling penting dalam hidup Mehan. Tak ada yang bisa dilakukannya selama berhari-hari kecuali menangis. Karena terhambat pad bahasa, ia tidak tahu bagaimana cara berdoa. Setelah seminggu, ia teringat dengn Alquran terjemahan bahasa Inggris yang dimilikinya. Ia pun langsung membacanya.

Dua minggu  berkabung, ia hanya membaca quran sekali. Berbekal pengetahuan tentang Alquran yang minim, akhirnya ia membeli sebuah komputer dan memasang nternet.  Sejak saat itu ia menemukan cara untuk mempelajari Islam melalui internet. Tak jarang ia bertukar e-mail dengan saudara

Abid dari Arab Saudi  yang mengajarkan cara berdoa. Ketika ia memiliki pertanyaan, ia tanyakan kepada forum Islam untuk mendapatkan jawabanya.

Hampir 18 tahun sejak masuk Islam, kini Mehan menjadi penulis lepas untuk berbagai surat kabar dan majalah di berbagai negara. Melalui tulisannya ia banyak bercerita tentang Islam tujuannya untuk membantu orang lain dalam mempelajari Islam.