Kitab Wahyu Yang Diberikan Kepada Yesus

Sementara hanya empat injil yang akhirnya dimasukkan dalam kanon Perjanjian Baru, lebih dari 40 injil yang disebut "apokrif"1 bisa diidentifikasi melalui rujukan2 yang ditemukan dalam tulisan2 para pendeta gereja awal atau melalui salinan2 yang masih ada. Yang menarik, hampir seluruh peristiwa yang berkaitan dengan Yesus yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan yang tidak dicatat dalam empat injil kanonik itu, bisa diidentifikasi dalam injil2 "apokrif" itu. 

Proses evolusioner yang menjadikan Perjanjian Baru seperti yang ada sekarang ini melampaui jarak lebih dari lima abad. Di sini, cukuplah dikatakan bahwa kanon terakhir Perjanjian Baru pada akhirnya hanya mencakup empat injil, yaitu, Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, dengan mengorbankan banyak injil "apokrif" lain yang dianggap sebagai injil otoritatif dan skriptural oleh banyak gereja Kristen awal. Dari keempat injil ini, tiga yang pertama memiliki beberapa kesamaan yang mengarah pada penunjukan ketiganya sebagai injil2 sinoptik, dan yang memungkinkan ketiganya untuk dianalisis sebagai satu kesatuan. Sebaliknya, Injil Yohanes sering kali menggambarkan tradisi yang berbeda dalam gereja2 Kristen awal. Namun demikian, adalah penting menjelaskan format2 kesusasteraan yang muncul di lingkungan Kristen awal sebelum munculnya injil2 tersebut dan yang juga menjadi dasar bagi injil2 kanonik. 

Injil dan Format-format Kesusasteraan
Mazhab kritisisme alkitabiah luhur yang dikenal sebagai Formgeschichte, kritisisme format, telah berhasil mengidentifikasi setidaknya lima tipe format sastra lisan di balik penyusunan injil. Format2 kesusasteraan ini, yang diikhtisarkan pada Tabal 1 di bawah, diduga dihimpun dalam kumpulan2 tulisan, yang tetap mempertahankan format kesusasteraannya yang inheren. Oleh karena itu, Tabel 1 bisa dianggap mengikhtisarkan perkembangan awal format2 sastra lisan dan, kemudian, kemunculan-bertahap pelbagai kumpulan karya individual dan kesatuan2 sastra tulis. 

Tabel 1: Format-format Kesusasteraan yang Mendasari Injil2
A. Manuskrip Perjanjian Lama atau kutipan-kutipan yang diduga merujuk pada Yesus. 
B. Narasi-narasi yang mencapai puncaknya dalam ungkapan yang diduga berasal dari Yesus. 
C. Narasi-narasi terinci, utamanya yang terfokus pada mukjizat-mukjizat Yesus. 
D. Pelbagai tradisi narasi khusus: 
     1. Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis.
     2. Godaan yang ditujukan pada Yesus oleh setan.
     3. Transfigurasi yang diduga berasal dari Yesus.
     4. Kesaksian Petrus kepada identitas yang diduga sebagai milik Yesus.
     5. Kasih yang diduga milik Yesus, meskipun dihujahkan bahwa ini merupakan kreasi Markus dan sinonim dengan konstruksi Markus.3
E. Ungkapan-ungkapan dan perumpamaan-perumpamaan yang diduga berasal dari Yesus. 

Melalui analisis sebelumnya, jelaslah bahwa setiap wahyu aktual yang diturunkan kepada Yesus menemukan ekspresi utamanya dalam format kesusasteraan E. Format kesusasteraan A jelasnya merupakan kreasi kesusasteraan kelompok pelbagai gereja Kristen awal tertentu yang dirancang untuk membenarkan teologi gereja2 yang berkembang kemudian dan memisahkan diri dari Yahudi. Namun demikian, format kesusasteraan B hingga D, dan mungkin banyak dari karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, merepresentasikan sesuatu yang berbeda. Di sini, kita dihadapkan pada tindakan2 dan ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus. Sesuatu yang jelas2 tidak berkaitan dengan wahyu verbal dan harfiah yang diberikan Allah kepada Yesus, tetapi lebih berkaitan dengan Yesus sebagai pribadi yang dianggap mengucapkan dan melakukannya. Dengan kata lain, dengan menggunakan pembedaan ketika menganalisis Al-Qur'an dan Hadits, format kesusasteraan B hingga D, dan hampir sebagian besar karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, dianggap berasal dari hadits-hadits Yesus, baik yang palsu maupun asli.

Tipe pembedaan yang hati2 dan sangat cermat, yang dilakukan oleh Islam antara Al-Qur'an dan Hadits, sama sekali diabaikan dalam pembentukan format2 kesusasteraan Kristen awal yang berkenaan dengan Yesus. Sejauh wahyu yang aktual itu dipertahankan, ia dijalin begitu saja dengan hadits yang diduga berasal dari Yesus. Lebih jauh, sementara tradisi Islam secara hati2 mempertahankan dua bagian yang merupakan komponen, yaitu isnad dan matan,4 dari setiap Hadits Nabi MUhammad SAW yang dianggap sahih, tradisi Kristen awal sepenuhnya gagal mencatat setiap isnad, yakni mata rantai transmisi matan, dan karenanya gagal menyediakan sumber bagi hadits yang diduga berasal dari Yesus ini. Hal ini memunculkan upaya untuk memisahkan hadits Yesus yang autentik dari yang palsu, yang sepenuhnya bergantung pada analisis terhadap muatan kisahnya. Sumber, isnad dari narasi tersebut, sama sekali mangkir dalam hal ini. 
Sebagaimana digambarkan pada Tabel 1, kumpulan2 tulisan awal ini lebih merupakan upaya2 kesusasteraan yang primitif. Dalam format kesusasteraan D dalam Tabel 1, dicatat bahwa banyak sarjana alkitabiah meletakkan mukjizat2 atau tanda2 tertulis khusus sebagai sumber di balik injil2 kanonik. Sama halnya, berkaitan dengan format kesusasteraan E dalam Tabel 1 , para sarjana alkitabiah telah berhasil mengidentifikasi sumber "ungkapan-ungkapan" tertulis yang dikenal sebagai Q.5 (Q berarti istilah Jerman Quelle yang bisa diterjemahkan sebagai sumber). 

Q pada awalnya didefinisikan sebagai materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus.6 Namun demikian, penemuan arkeologis dari Injil Tomas di Nag Hamadi, Mesir, pada 1945, mengungkapkan bahwa definisi awal Q ini harus direvisi. Tentu saja, Tomas adalah salah satu Q dokumen terkait,7 yang diselang-selingi dengan sisipan2 dan perubahan2 Gnostik. Kenyataannya, sekitar sepertiga dari ungkapan2 dalam Tomas memiliki kesamaan langsung dalam materi Q yang biasanya didefinisikan sebagai Matius dan Lukas.8 Oleh karenanya, Q mungkin lebih baik didefinisikan sebagai: materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus; materi yang ditemukan dalam Matius dan Tomas, Lukas dan Tomas, atau Matius, Lukas, dan Tomas, baik ditemukan atau tidak dalam Markus. 

Q dan Sumber Mukjizat

Setelah akhirnya mengidentifikasi dua sumber tertulis, yaitu, Q dan sumber mukjizat atau tanda2, yang ada di balik injil2 kanonik, adalah keniscayaan untuk menyadari bahwa dokumen2 ini, bahkan dalam dirinya sendiri, bukanlah konstruksi utuh. Pertama-tama, semua itu merupakan kumpulan karya2 individual atau kumpulan2 literer. Kedua, para sarjana alkitabiah modern telah mengidentifikasi tiga lapisan Q yang berbeda. Lapisan pertama Q, yang diidentifikasi sebagai Q1, kemudian dikumpulkan sebagai dokumen tertulis pada kira2 tahun 50 M. Sebaliknya, Q2 kemudian dirumuskan kira2 pada tahun 65 M, dan Q3 kira2 pada tahun 75 M.9
Dalam memandang hal ini, bisa diasumsikan bahwa banyak dari ungkapan yang dinisbahkan kepada Yesus dalam Q tidak mungkin dikaitkan secara langsung dengan Yesus. Kita bisa menyatakan bahwa banyak dari ungkapan yang paling disukai dari apa yang disebut Khotbah di atas Bukit ini sudah eksis sebelum kenabian Yesus. Hipotesis ini dibuktikan oleh ungkapan2 yang ditemukan nyaris secara harfiah dalam apa yang disebut literatur Yahudi pseudepigraphical10 dan non kanonik dari abad ke-3 hingga ke-2 SM, yaitu mereka telah eksis sebagai ungkapan2 tertulis 100 hingga 200 tahun sebelum kelahiran Yesus. Dalam hal ini, Testament of the Twelve Patriarch utamanya sangat kaya dengan kutipan2 yang beberapa abad kemudian dinisbahkan kepada Yesus.11 Dengan mengijinkan dilakukannya pelbagai terjemahan dari satu bahasa kuno ke bahasa kuno lainnya, pemberi sifat yang "nyaris harfiah" sebagian besar bisa diabaikan sebagai hal yang sekunder untuk proses terjemahan tersebut. Dengan demikian, dalam pelbagai contoh di mana Q menempatkan kutipan2 dari kitab2 pseudepigraphical awal ini sebagai sabda Yesus, kita harus menyimpulkan bahwasanya: Q keliru ketika menisbahkan kutipan2 ini kepada Yesus; atau bahwa Yesus agak banyak mengutip dari tulisan2 awal ini.


ANALISIS STRUKTURAL ATAS INJIL-INJIL KANONIK
Analisis struktural atas injil kanonik paling awal, Markus, menunjukkan bahwa Markus menciptakan penggunaan tambal-sulam yang luas atas pelbagai sumber mukjizat atau tanda, pelbagai macam kisah pengungkapan yang beredar, dan mungkin juga penggunaan Q.12 Pengarang awal Markus menyusun karya2 individual dari sumber2 ini menjadi tatanan yang mungkin arbitrer dan kronologis, kemudian mengaitkannya dengan komentar2 editorialnya sendiri. Dokumen yang dihasilkan mungkin bisa disebut proto-Markus. Revisi kemudian oleh para redaktur tak-dikenal, kemungkinan dirangkaikan dengan penambahan materi yang awalnya tidak dimasukkan dalam proto-Markus, menghasilkan injil Markus, yang dibubuhi tanggal sekitar tahun 75 M.13 Agar bisa menentukan sumber kesejarahannya, kita bisa menelusuri kembali waktu kompilasi awal kitab Markus hingga kira2 ke tahun 75 M ini.  
Matius secara khusus dipercaya sebagai injil kanonik kedua, dan biasanya ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 85 M.14 Analisis struktural atas Matius menunjukkan bahwa ia disusun dengan cara tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Matius, yang mungkin disebut M.15 Sama halnya, analisis struktural atas Lukas menunjukkan bahwa ia disusun dengan prosedur tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Lukas, yang mungkin disebut L.16 Kompilasi Lukas sering kali ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 95 M.16
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Yohanes tidak memiliki keumuman2 yang sama dengan yang yang ditemukan dalam Matius, Markus, maupun Lukas. Sejauh ini, sumber2 sebelumnya yang digunakan oleh pengarang Yohanes masih diselimuti misteri.17 Tentu saja, pengarang Yohanes bergantung pada format2 kesusasteraan yang sama, baik lisan maupun tulisan, yang dirinci pada Tabel 1. Lebih jauh, sebagaimana lazim disepakati bahwa Yohanes merupakan injil kanonik terakhir yang ditulis, mungkin sekitar tahun 110 M.18 Sangat mungkin bahwa pengarang Yohanes terutama sekali menggunakan format2 kesusasteraan yang dikompilasi menjadi kumpulan2 tulisan, utamanya mengenai sumber mukjizat atau tanda2,19 dan mungkin juga menggunakan injil2 sinoptik. Lebih jauh, meskipun ia tetap merupakan masa yang bisa ditelusuri, mungkin ada gunanya mencatat bahwa Clementus dari Aleksandria,20 yang menulis kira2 pada tahun 190 M, secara khusus menyatakan bahwa pengarang Yohanes sangat akrab dengan injil2 sinoptik.21 Ini mengisyaratkan bahwa Yohanes mungkin sebagian didasarkan pada Markus.22 Bagaimanapun juga, jelaslah bahwa Yohanes merupakan sebuah kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya. Lebih jauh, kesaksian internal Yohanes 21:24-25 dengan jelas mengidentifikasi "pengarang" asli dan "penyunting" kemudian, yang mengharuskan bahwa Yohanes juga bisa dilihat sebagai sebuah komposisi berlapis, dengan Yohanes 21 digunakan sebagai apendiks kemudian bagi injil tersebut23 dan Yohanes 1:1-18 digunakan sebagai prolog kemudian bagi injil tersebut.24
Namun demikian, kisah mengenai injil2 tersebut tidak berakhir dengan kompilasi2 awal mereka. Mereka terus-menerus melakukan revisi dan memberi komentar2 editorial, sebagaimana ditunjukkan oleh tambahan Markus kemudian 16:9-20, perubahan Lukas 3:21-22,(25) tambahan terhadap apa yang disebut Doa Tuhan dalam Matius 6:13,(26) revisi2 editorial yang agak jelas dalam Yohanes 2:21-22 dan 4:2,(27) pembalikan yang dilakukan kemudian atas susunan awal Yohanes 5 dan 6,(28) dan kejadian2 lain semacam ini. Kenyataannya, proses revisi editorial terus-menerus dibubuhi tanggal, sebagaimana disaksikan oleh perubahan2 injil sinoptik melalui King James Version, Revised Standard Version, dan New Revised Standard Version. 

Terdapat sangat banyak versi kuno Perjanjian Baru yang tidak satu pun bisa disebut sebagai orisinal. Tanpa memasuki pembahasan teknis yang berlebihan, cukuplah ditegaskan bahwa ada pelbagai macam versi Yunani (Koine), versi Suriah, versi Koptik, dan versi Latin. Sekalipun Perjanjian Baru dipercaya mulanya ditulis dalam bahasa Yunani Koine, tidaklah terlalu tepat menyatakan bahwa versi2 Yunani seharusnya lebih tepat daripada versi2 lain yang tersedia. Dalam hal ini diriwayatkan bahwa salah satu versi Suriah, yaitu, Suriah Sinaitik, ditelusuri kembali hingga abad ke-4 M, dan sebagian besar bertanggal sebelum versi2 Yunani ditulis. Dengan demikian, versi2 non Yunani ini bisa memiliki kesaksian yang penting atas masukan2 dan sisipan2 kemudian dalam versi2 Yunani. 

Harus dicatat bahwa Suriah Sinaitik tidak memasukkan kata2 yang dianggap berasal dari Yesus sebagaimana dicatat dalam Matius 16:17-20,(29) yang menunjukkan bahwa ayat2 ini tidak dimasukkan dalam manuskrip kuno yang kemudian disalin menjadi Suriah Sinaitik, dan mengisyaratkan bahwa ayat2 ini merupakan tambahan2 yang dibubuhkan kemudian.30

Ikhtisar

Analisis struktural atas empat injil kanonik secara jelas menunjukkan bahwa tidak satu pun yang berupa dokumen tunggal dan utuh. Keempatnya merupakan kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya, setidaknya dari satu, yaitu Q yang merupakan komposisi berlapis dalam dirinya sendiri. Lebih jauh, keempat injil kanonik tersebut telah mengalami proses pelapisan dan atau revisi editorial.

Sumber aktual keempat injil kanonik tersebut secara dramatis menolak setiap klaim bahwa keempatnya merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada Yesus. Meskipun sebagian dari wahyu yang aktual mungkin dipelihara dalam pelabai serpihan dalam bagian2 keempat injil ini, tetapi sumber sebenarnya keempat injil tersebut pada dasarnya tetap tidak diketahui. Namun demikian, bagian terbesar dari injil2 ini jelas terdiri dari hadits, yaitu, kata2 dan perbuatan2 yang diduga berasal dari Yesus sebagai pribadi. Lebih jauh, injil2 tersebut sama sekali tidak membedakan antara hadits dan wahyu, dan tidak memberikan isnad, yaitu, rantai transmisi, bagi hadits yang dicatat dan dinisbahkan kepada Yesus tersebut.

Oleh karenanya, dalam masing2 kasus, sumber hadits yang dinisbahkan kepada Yesus itu pada dasarnya tidak ada. Dengan demikian, tugas untuk memisahkan hadits autentik dari hadits buatan menjadi sangat rumit, dan tugas ini sepenuhnya bersandar pada analisis isi dari kisah tersebut. Lebih jauh lagi, dalam banyak hal bisa ditunjukkan bahwa ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus sebenarnya telah eksis dalam bentuk tertulis dalam literatur pseudepigraphical Yahudi sebelum zaman Yesus. 
Akhirnya, perlu dicatat bahwa injil2 kanonik bahkan belum eksis dalam bentuk2 gabungan awal mereka hingga sekitar 40 sampai 70 tahun setelah kenabian Yesus. Setelah itu, keempatnya tetap muncul dalam versi2 yang bervariasi, dengan membiarkan sumber dari kitab2 itu sendiri--untuk tidak menyebutkan wahyu Yesus--dalam kondisi yang sangat terfragmentasi dan terpotong2. 

KESIMPULAN
Analisis struktur kesusasteraan dan sumber telah memungkinkan banyak kontras-signifikan yang bisa ditarik antara Al-Qur'an, Taurat-yang-diterima, Mazmur, dan injil2 kanonik dalam Perjanjian Baru. Perihal sumber dari keempat kitab suci ini, hanya Al-Qur'anlah yang merupakan dokumen tunggal dan utuh, dan hanya Al-Qur'anlah yang memiliki sumber yang dikenal dan terbukti. Kontras2 signifikan berkenaan dengan struktur dan sumber dari keempat kitab suci ini diikhtisarkan pada Tabel 2 di bawah ini.

tabel-2 copy

Keterangan: 

1. Daftar injil2 apokrif: Dialog Sang Juru Selamat, Injil Andreas, Injil Apelles, Injil Bardesanes, Injil Barnabas, Injil Bartelomeus, Injil Basilides, Injil Kelahiran Maria, Injil Cerinthus, Injil Hawa, Injil Ebionit, Injil Orang-orang Mesir, Injil Encratites, Injil Empat Wilayah Surgawi, Injil Orang-orang Ibrani, Injil Hesychius, Injil Masa Kecil Yesus Kristus, Injil Judas Iskariot, Injil Jude, Injil Marcion, Injil Mani, Injil Maria, Injil Matthias, Injil Merinthus, Injil Menurut Kaum Nazaret, Injil Nikomedus, Injil Kesempurnaan, Injil Petrus, Injil Philipus, Injil Pseudo-Matius, Injil Scythianus, Injil Tujuh Puluh, Injil Thaddaeus, Injil Tomas, Injil Titan, Injil Kebenaran, Injil Dua Belas Rasul, Injil Valentinus, Protevangelion James, Injil Rahasia Markus, dan Injil Tomas tentang Masa Kecil Yesus Kristus.
2. A) Filson FV (1971) B) Wilson RM (1971)
3. Mack BL (1996)
4. Isnad: daftar lengkap para perawi hadits, dan merupakan pengesahan terhadap sumber hadits. Matan: Narasi atau teks hadits, yang dapat diuji kebenarannya dengan mencocokkannya dengan Al-Qur'an.
5. A) Robinson JM (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971a) D) Mack BL (1996)
6. A) Filson FV (1971) B) Kee HC (1971) C) Baird W (1971) D) Burch EW (1929) E) Leon-Dufour X (1983) F) Koester H (1971b)
7. A) Koester H (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971b) D) Mack BL (1996)
8. Mack BL (1996)
9. Mack BL (1996)
10. Tulisan2 awal yang tidak dimasukkan dalam kanon Alkitab dan Apokrif (dimana yah???)
11. Misalnya, bahan2 Q dalam Matius 5:3 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Benjamin 1:26-27, Perjanjian Yehuda 4:31, dan Perjanjian Gag 2:15. Sebagai contoh kedua, kandungan Q dalam Matius 5:11-12 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Levi 4:26 dan Perjanjian Yosef 1:20-21. Mengenai kutipan2 dari Perjanjian Dua Belas Murid ini, lihat Platt RH, Brett JA.
12. Mack BL (1996)
13. A) Duncan GB (1971) B) Davies JN (1929a) C) Moffat J (1929) D) Sunderg AC (1971) E) Pherigo LP (1971) F) Asimov (1969) G) Mack BL (1996) H) Nineham DE (1973) I) Leon-Dufour X (1983)
14. A) Duncan GB (1971) B) Sunderg AC (1971) C) Kee HC (1971) D) Leon-Dufour X (1983) E) Mack BL (1996) F) Fenton JC (1973)
15. A) Mack BL (1996) B) Kee HC (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929) 
16. A) Mack BL (1996) B) Baird W (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929) 
17. A) Mack BL (1996) B) Asimov I (1969) C) Duncan GB (1971) D) Baird W (1971) E) Sundberg AC (1971) F) Sebagian sarjana berhujah bahwa ada versi Lukas yang lebih awal, yang bisa disebut proto-Lukas, yang disusun sekitar tahun 60 Masehi, dan yang dimulai dengan pembaptisan Yesus, sebagaimana dimiliki Markus. Caird GB (1972)
18. Shepherd MH (1971)
19. A) Mack BL (1996) B) Duncan GB (1971) C) Shepherd MH (1971) D) Leon-Dufour X (1983)
20. Mack BL (1996)
21. Seorang santo yang ditahbiskan oleh Gereja Katolik Roma, Titus Flavius Clemens (Clementus) adalah seorang presiden sekolah kateketik Kristen abad ke-2 dan ke-3 M di Aleksandria. Karya2 tulisnya mencakup: Protreptikos, Paidagogos, Stromateis: A Discourse Concerning the Salvation of Rich Man, Exhortation to Patience or Address to the Newly Baptized, Excerpta ex Theodota, Eclogae Propheticae, dan Hypotypeseis. Fredericksen LF et al. (1998)
22. Shepherd MH (1998)
23. A) Mack BL (1996) B) Garvie AE (1929)
24. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat J (1929)
25. Garvie AE (1929)
26.  Selengkapnya baca buku: "Salib di Bulan Sabit", oleh DR. Jerald F. Dirks, 2001.
27. Tambahan editorial tersebut terdiri atas kata2: "Karena kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan adalah milikmu. Amin."
28. Shepherd MH (1971)
29. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat (1929)
30. Matius 16:17-20 secara langsung mengikuti dugaan kesaksian Petrus bahwa Yesus adalah "Sang Juru Selamat, Putra Tuhan yang hidup". Ayat2 ini kemudian terbaca: "Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon putra Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan gerbang-gerbang Hades tidak akan mampu melawannya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa dia adalah Sang Juru Selamat."
31. Robertson AT (1929)
32. Dengan kata lain, bisakah kitab suci itu ditelusuri kembali jejaknya sampai pada seseorang yang konon menerima wahyu itu untuk pertama kalinya?
33. Waktu antara berakhirnya wahyu dan kompilasi awal dari seluruh kitab suci.
34. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "3.400 tahun atau lebih".
35. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "2.970 tahun atau lebih".
36. Perubahan2 terus dilakukan dalam teks tersebut oleh para sarjana alkitabiah, dan gambar tersebut bisa dibaca: "1.960 + beberapa tahun atau lebih". 

Dikutip dari buku: "Salib di Bulan Sabit", karya: DR. Jerald F. Dirks, 2003

Wassalaam.