MUHASABAH

By Republika Newsroom

20090831132848 Biarpun 'lelatu', terasa panas juga. Cobalah kita dekatkan muka kita ke bakaran sampah, percikan lelatunya akan bikin kita tidak tahan. Paman Nabi SAW, Abu Thalib, menurut sebuah riwayat, adalah satu-satunya orang yang menerima siksa paling ringan di neraka dan, karena itu, cukup ditempatkan di 'pucuk'nya. Tetapi, lelatu api itu saja tentu membuatnya kepanasan. Peringatan agar kita tidak tersentuh api (neraka), sebenarnya, cukup banyak. Makan harta anak yatim dengan semena-mena, misalnya, bahkan disamakan dengan 'makan' api (Q. S. 4: 10), yang kadar panasnya, tentu saja, lebih dari sekadar diusap lelatunya. Menyembunyikan ilmu, bagi seorang cerdik cendekia, ancamannya 'pecut' api di hari kiamat (Hadis riwayat Abu Dawud dan Turmuzi). Bahkan, hanya dengan menyakiti tetangga, seseorang diancam api neraka (Hadis riwayat Muslim).


Manusia, adalah makhluk yang, oleh Alquran, diberi stempel kafur (pembangkang), zaluman jahula (goblok aniaya), dan halu'an (gelisah, pemberontak) yang cukup membuatnya kebal muka atau kurang peduli meski terhadap ancaman-ancaman. Pembangkangan atau mengulang-ulang kesalahan, seakan sudah menjadi sifat sehari-hari manusia. Karena itulah, agar kita tidak jatuh menjadi makhluk yang kafur, zaluman jahula, dan halu'an, sebaiknya kita sering bermuhasabah, mengkalkulasikan jumlah kekhilafan yang kita perbuat kemarin dan hari ini. Adakah sumber rezeki kita yang tidak halal? Sudah bersihkan ucapan-ucapan kita? Apakah kita sudah menunaikan zakat, serta peduli dengan nasib orang lain? Kepada tetangga, apakah kita cukup akur? Apakah kita juga memendam kemunafikan? Dan seterusnya.


Hasil muhasabah itu akan terlihat, setidaknya dari barometer seperti yang digunakan oleh Rasulullah SAW, ''Barangsiapa keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang keadaannya hari ini seperti hari kemarin, dia sudah tertipu. Dan barangsiapa keadaannya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, terkutuklah dia.'' (Hadis riwayat Hakim). Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang tertipu, apalagi terkutuk. Kita tentunya ingin selamat, bahkan dari sentuhan lelatu pun. ahi