MISIONARIS yang memakai account Pendeta Sukirman Suryanegara di Facebook ini sungguh biadab dan pengecut. Ia berani menghujat Islam habis-habisan, tapi tak berani bersikap ksatria dengan memasang foto asli dalam foto profilnya. Justru foto Habib Munzir Al-Musawa, pimpinan Majelis Rasulullah yang dicatut dalam foto profil.
Dalam wall-nya (dinding) Pendeta Sukirman Suryanegara melecehkan Rasulullah SAW sebagai pembohong dan penjahat. Lalu dalam profilnya, Pendeta Sukirman memasang kalimat yang memprovokasi pembaca untuk meragukan kenabian Rasulullah Muhammad SAW: “Pertanyakan terus moralitas Muhammad, apakah manusia ini pantas menyandang gelar 'NABI'?”
Kemudian dalam jendela “info” diisi dengan hujatan-hujatan untuk menghina agama Islam dan Nabi Muhammad SAW, berikut kutipannya:
“Agama Islam sudah berusia 1400 tahun, sudah bermiliar-miliar jiwa yang masuk neraka karenanya. Maka STOP, hentikan itu sekarang juga, mari kita selamatkan dunia dari kuasa Iblis nabi Muhammad!
Saya heran, bagaimana makhluk yang rusak moral seperti Muhammad bisa jadi nabi? Saya optimis, jika realitas kebusukan dan kebejatan nabi Muhammad dibuka, maka umat Islam akan berbondong-bondong meninggalkan agama Islam!
Banyak orang Kristen yang rela mati demi Kristus, namun banyak Muslim yang murtad gara-gara mie rebus satu dus.”
Umat Islam, terutama para anggota jamaah Majelis Rasulullah, tentunya tidak terima dengan ulah Pendeta Sukirman itu. Karena selain menghujat Rasulullah, Pendeta Sukirman sekaligus memfitnah Habaib.
Sebetulnya, kalau Sukirman itu pendeta yang cerdas, ia tidak akan menulis hal-hal yang ceroboh seperti itu. Karena pernyataan itu justru merugikan Kristen sendiri, antara lain:
1. Mencoreng citra pendeta sebagai penipu dan pendusta
Habib Munzir Al-Musawa adalah publik figur dan tokoh Islam terkemuka, terutama di kalangan majelis zikir. Maka memakai foto habib sebagai profil pendeta adalah tipuan yang sangat mencolok. Tak ada umat Islam yang terkecoh dengan tipuan ini. Umat Islam makin sadar bahwa para pendeta yang getol melakukan pemurtadan adalah kelompok penipu dan pembohong.
2. Menegaskan bahwa kristenisasi benar-benar nyata dan licik
Umat Islam makin waspada terhadap segala trik dan intrik para misionaris. Karena mereka tak pernah lelah dan bosan untuk menyebarkan kekristenan, meski nyawa jadi taruhannya. Mereka juga menghalalkan segala cara, tak peduli licik, tipuan atau fitnah. Hal ini diakui sendiri oleh Pendeta Sukirman dalam facebook-nya:
“Banyak orang Kristen yang rela mati demi Kristus, namun banyak Muslim yang murtad gara-gara mie rebus satu dus.”
3. Pendeta Sukirman Hanya Bisa Menuduh Tanpa Bisa Membuktikan Argumen
Pendeta Sukirman menyerukan ajakan yang provokatif anti Nabi Muhammad: “Maka STOP, hentikan itu sekarang juga, mari kita selamatkan dunia dari kuasa iblis Nabi Muhammad!” Pendeta juga menyebut Nabi Muhammad sebagai orang yang busuk dan bejat.
Tetapi, Sukirman tidak bisa menjelaskan apa saja bukti-bukti atau fakta-fakta yang dijadikan alasan untuk menuding Nabi Muhammad sebagai seorang penjahat, busuk dan bejat? Ia tidak menjelaskan dalam ayat Al-Qur'an atau hadits yang mana Nabi Muhammad mengajarkan kejahatan, kebusukan atau kebejatan? Ia juga tidak menyebutkan dalam catatan sejarah yang valid, kapan dan di mana Nabi Muhammad melakukan kejahatan atau kebejatan?
Tuduhan Pendeta Sukirman sama sekali tidak bisa dipercaya, karena bertolak belakang dengan kenyataan yang sebenarnya. Seluruh ajaran Nabi Muhammad penuh dengan kedamaian, kejujuran, rahmat dan kasih sayang yang jauh dari kejahatan apapun.
...Hanya pendeta licik dan tak gentleman seperti Pendeta Sukirman dan para jemaatnya saja, yang menuding Nabi Muhammad penjahat. Padahal tak disertai dengan bukti dan fakta apapun...
Nabi Muhammad adalah pribadi agung yang mengajarkan perilaku pemaaf, lemah lembut dan berbudi pekerti yang luhur.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Qs Al-Qalam 4)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” (Qs. Ali Imran 159,).
Bahkan pemberian maaf itu lebih baik ketimbang sedekah yang diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan.
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Qs Al-Baqarah 263).
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” (Al-A’raf 199).
Nabi Muhammad juga mengajarkan kebaikan, karena Allah SWT mencintai hamba-Nya yang berbuat baik.
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Qs Ali Imran 134).
Bahkan tidak sekedar berbuat kebajikan, tapi memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” (Qs. Al-Baqarah 148, Al-Ma’idah 48).
Bahkan dalam menolak keburukan pun harus dilakukan dengan kebaikan.
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik” (Qs Al-Mu’minun 96).
Tak ada sedikit pun jejak negatif dalam diri Nabi Muhammad, karena Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa bersabar dan saling berkasih sayang (Qs Al-Balad 17).
Nabi Muhammad juga mengajarkan kedamaian dan keadilan untuk menggapai rahmat Allah (Qs Al-Hujurat 9-10, An-Nisa’ 114). Meski mengajarkan kelemahlembutan dan pemaaf, Rasulullah juga bisa bersikap tegas terhadap orang-orang kafir yang memusuhi agama Allah (Qs Al-Fath 29).
Dengan track record yang sempurna kebaikannya itulah maka Nabi Muhammad layak disebut sebagai uswatun hasanah (teladan yang terbaik):
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Qs. Al-Ahzab 21).
Kredibilitas Nabi Muhammad sebagai manusia terbaik, termulia dan teragung di muka bumi ini tidak hanya diakui oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an. Para ilmuwan non Muslim pun, bila objektif, pasti menarik kesimpulan yang sejalan dengan Al-Qur'an, sebagaimana yang dilakukan oleh Michael H. Hart. Setelah melakukan penelitian yang mendalam terhadap semua tokoh di dunia sepanjang sejarah, Hart menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama tokoh yang paling berpengaruh di dunia, dengan pengakuan jujur sbb:
“My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular levels” (The 100, a Ranking of the Most Influential Person in History).
(Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi).
Hanya pendeta licik dan tak gentleman seperti Pendeta Sukirman dan para jemaatnya saja, yang menuding Nabi Muhammad penjahat. Padahal tak disertai dengan bukti dan fakta apapun, selain Islamphobia dan fanatisme buta terhadap kekristenannya.
4. Pendeta Sukirman Suka Berdusta karena bukan hamba Tuhan tapi hamba iblis
Tuduhan Pendeta Sukirman terhadap Nabi Muhammad sebagai seorang bermoral pembohong karena dikuasai roh iblis, sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tak ada fakta sejarah maupun data yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah berdusta maupun berbuat amoral.
Justru Rasulullah adalah orang yang paling jujur di seluruh jagat, sehingga dunia menjuluki beliau sebagai “Al-Amin.” Dalam hadits riwayat Bukhari, beliau berpesan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat benar dan jujur, karena kejujuran akan menuntun ke surga. Beliau juga berpesan agar umatnya serta menjauhi dusta (kebohongan), karena dusta akan menjerumuskan pelakunya ke neraka.
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong)” (HR. Bukhari).
Al-Qur'an mengancam pendusta dengan neraka (Qs Al-Jatsiyah 7, Al-Muthaffifin 10 dan Al Baqarah 10).
...Bila dicermati, tuduhan Pendeta Sukirman itu jelas salah alamat. Tuduhan itu justru tepat untuk dirinya sendiri...
Bila dicermati, tuduhan Pendeta Sukirman itu jelas salah alamat. Tuduhan itu justru tepat untuk dirinya sendiri. Terbukti, ia berdusta dengan mencatut foto Habib Munzir Al-Musawa sebagai foto profil dirinya.
Dengan dusta-dusta yang sudah kelewat batas, Pendeta Sukirman tak layak disebut sebagai hamba Tuhan maupun pengikut Yesus. Karena Yesus membenci pendusta, bahkan mengecam pelakunya sebagai hamba iblis:
“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44)??
Bisa jadi, Pendeta Sukirman menghalalkan dusta untuk misi agama, karena mengamalkan ajaran Paulus: “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3:7).
Karena dalam riwayat hidupnya, Paulus mengaku, dengan kelicikan dan tipu dayanya ia menjerat umatnya (2 Korintus 12:16).Anehnya, ketika sedang berbohong, Pendeta Sukirman menuduh orang jujur sebagai pembohong. Perlu dipertanyakan, Sukirman itu pendeta, pendusta, ataukah pendeta pendusta? [taz/sabili]