Kisah Mualaf Australia (2): Dua Tahun Mempelajari Alquran

image

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Selama ini, Steven nyaris tidak pernah berinteraksi dengan seorang Muslim. Ia pun mengaku bingung dengan perbincangan banyak orang tentang Islam. "Aku tidak tahu mengapa seluruh dunia berniat melawan Muslim. Aku pikir Islam mungkin merupakan pihak yang benar sehingga harus disingkirkan," kata dia.

Empat tahun berselang, Steven berkesempatan keliling dunia bersama sang pacar. Ia selanjutnya singgah di Dubai, Uni Emirat Arab. Saat itu, ia kembali berpikir tentang Islam. Sebab, selama di Australia ia belum mendapatkan informasi secuil pun tentang Islam.

Ada satu hal yang benar-benar menarik perhatiannya. Ia melihat sebuah masjid saat hendak mengunjungi museum yang tak jauh dari masjid tersebut. Steven kemudian masuk ke dalam, sembari melihat orang-orang tengah menjalani semacam ritual (shalat Jum'at).

Singkat cerita, Steven pun kembali ke Australia. Sesampainya di rumah, ia memutuskan untuk membeli mushaf Alquran terjemahan Inggris. "Aku memang lambat dalam membaca. Butuh waktu dua tahun untuk membaca Alquran," tuturnya.

Saat membaca sampai habis, ia terkejut dengan kisah Yesus dalam Alquran. Tak kalah mengejutkan, ia juga mendapati kisah Nabi Nuh dan Nabi Musa ada dalam Alquran.

Yang paling menarik dalam temuan Steven, Islam tidak mengajarkan apa yang dilakukan ekstrimis atau teroris. "Aku kian tertarik dengan Islam. Karena itu, aku baca ulang kembali Alquran," kenangnya.

Redaktur: Chairul Akhmad

Reporter: Agung Sasongko