Mualaf Yusuf Burke (2): Mengadvokasi dan Membantu Sesama Muslim Jadi Santapan Rutin

image

Setelah memeluk Islam, Yusuf Burke pun mengakui keluarganya begitu terkejut. "Namun saya pikir mereka bisa memahami keputusan saya," ucapnya. Keluarga Yusuf memiliki pikiran terbuka dan mereka selalu menghormati semua orang, terutama dari keyakinan monotheis.

"Saya pikir mereka memandang saya beribadah berdasar cara yang saya yakini dan mereka mengapresiasi itu," ungkapnya. Namun Yusuf pun merasa perlu menjelaskan kepada keluarganya mengapa ia memutuskan memeluk Islam. "Mungkin itu bisa menyingkirkan pula selip pemahaman yang kita miliki di Amerika Serikat mengenai Islam, dan luar biasa mereka sangat mendukung."

Kini Yusuf tak hanya seorang Muslim, ia pun aktif dalam kegiatan dan organisasi Islam. Saat ini ia menjadi direktur salah satu cabang Dewan Hubungan Amerika-Israel (CAIR) di AS. "Kami, bagian dari grup advokasi untuk Muslim Amerika, pada dasarnya berupaya mencoba menghapus beberapa selip pemahaman sekaligus membantu Muslim dalam kasus kebebasan atau hak-hak sipil," kata Yusuf. "Kami mencoba membawa Muslim duduk semeja dengan masyarakat AS dan mengenalkan mereka ke komunitas lebih luas."

Saat terjun berdakwah, ia mengkui bersama koleganya selalu berupaya mengusung cita rasa Islam ke Amerika. Perjuangan terhadap hak-hak dan kebebasan sipili warga Muslim adalah kegiatan utama. "Setiap Muslim yang didiskriminasi karena mereka Muslim baik di tempat kerja atau lembaga pemerintah, kami mencoba memantu mereka. Kini kami tengah menangani beberapa kasus semacam."

Meski ia mengakui diskriminasi terhadap minoritas kerap dijumpai, namun satu hal besar yang ia acungi jempol atas hidup di Amerika adalah hukum tentang kebebasan beragama dan akomodasi terhadap ibadah sesuai agamanya, terutama di tempat kerja.

"Namun masalahnya, banyak pekerja tak tahu ini dan kami membuat mereka paham apa itu ibadah dan seperti apa bentuk akomodasi terhadap agama, seperti ibadah shalat atau jilbab atau jenggot untuk pria. Kami terus sosialisasikan itu untuk memastikan mereka memahami dan mereka boleh meminta hak itu di tempat kerja," tutur Yusuf.

Dalam pengertian lain, banyak Muslim yang menghadapi masalah di tempat kerja karena atasan tak mengizinkan mereka shalat, berjilbab, atau bahkan menumbuhkan jenggot. "Itulah yang terjadi, seperti mengenakan jilbab dalam lingkungan kerja yang memiliki kebijakan mengenakan seragam. Padahal undang-undang berpihak pada kita dan itulah yang coba kami edukasikan," ujar Yusuf.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari REPUBLIKA.CO.ID